Senin, 25 Februari 2019

"Siapa Guru dan Temanmu"


بسم لله للرحمن الرحيم
Teman bergaul sedikit banyak akan memberikan pengaruh ke dalam diri seseorang. Bahkan salah bergaul termasuk penyesalan terbesar di hari kiamat.
Allah azza wa jalla berfirman:
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا، يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا، لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya (menyesali perbuatannya), seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan sebagai teman karibku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan setan itu adalah penipu manusia." (QS. Al-Furqon: 27-29)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang itu tergantung agama teman karibnya, maka hendaklah setiap kalian melihat siapa yang hendak ia jadikan teman karib.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Al-Misykaah: 5019)

* NASIHAT DAN PERINGATAN ULAMA SALAF
Al-Imam Al-‘Ashma’i rahimahullah berkata:
لَمْ أَرَ بَيْتًا قَطُّ أَشْبَهَ بِالسُّنَّةِ مِنْ قَوْلِ عَدِيٍّ: عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَأَبْصِرْ قَرِينَهُ … فَإِنَّ الْقَرِينَ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِي
“Saya tidak pernah sama sekali melihat sebuah bait syair yang lebih sesuai dengan sunnah daripada ucapan ‘Adi (seorang penyair: Tentang seseorang janganlah engkau tanyakan, namun lihatlah teman bergaulnya, karena seorang teman akan mengikuti temannya.”(Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 378)

Al-Imam Al-A’masy rahimahullah berkata:
كَانُوا لَا يَسْأَلُونَ عَنِ الرَّجُلِ , بَعْدَ ثَلَاثٍ: مَمْشَاهُ , وَمَدْخَلِهِ , وَأُلْفِهِ مِنَ النَّاسِ
“Dahulu generasi Salaf tidak lagi bertanya tentang seseorang setelah mengetahui tiga hal tentang dirinya: Teman berjalannya, teman bergaulnya dan teman dekatnya.” (Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 419)
Al-Imam Al-Auza’i rahimahullah berkata:
مَنْ سَتَرَ عَنَّا بِدْعَتَهُ لَمْ تُخْفِ عَلَيْنَا أُلْفَتُهُ
“Siapa yang menyembunyikan bid’ahnya dari kami, maka tidak akan tersembunyi pertemanannya.” [Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 420]
Al-Imam Yahya bin Sa’id Al-Qotthon rahimahullah berkata:
“Ketika Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri datang ke Bashrah, maka beliau mulai memperhatikan perkara Ar-Robi’ bin Shubaih dan kedudukannya di tengah manusia, beliau pun bertanya: Apa mazhabnya? Mereka berkata: Tidak lain mazhabnya kecuali sunnah. Beliau berkata: Siapa kawan dekatnya? Mereka berkata: Para pengingkar takdir. Beliau berkata: Maka dia adalah pengikut qodariyyah (golongan pengingkar takdir).” (Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 421)
Maka perhatikanlah bagaimana imam ahlus sunnah membuat penilaian, mereka tidak melihat bagaimana dengan puasa atau sholat seseorang namun mereka sangat memperhatikan siapa temannya.
Al-Imam Al-‘Ashma’i rahimahullah berkata:
"Aku pernah mendengar sebagian fuqoho Madinah berkata: 'Apabila hati telah dekat dalam penisbatan, maka badan akan menyatu dalam pertemanan.' Ibnu Baththoh rahimahullah mengomentari: Ucapan ini telah dijelaskan dalam sunnah.” (Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 422).

Oleh : Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha

-Wallahu waliyut Taufiq-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar