بسم لله للرحمن الرحيم
Teman bergaul
sedikit banyak akan memberikan pengaruh ke dalam diri seseorang. Bahkan salah
bergaul termasuk penyesalan terbesar di hari kiamat.
Allah azza wa
jalla berfirman:
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا
لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا، يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ
أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا، لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ
جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan (ingatlah)
pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya (menyesali
perbuatannya), seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan
bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan
si fulan sebagai teman karibku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari
Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan setan itu adalah
penipu manusia." (QS. Al-Furqon: 27-29)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ
يُخَالِلْ
“Seseorang itu
tergantung agama teman karibnya, maka hendaklah setiap kalian melihat siapa
yang hendak ia jadikan teman karib.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi dari
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Al-Misykaah: 5019)
* NASIHAT DAN
PERINGATAN ULAMA SALAF
Al-Imam
Al-‘Ashma’i rahimahullah berkata:
لَمْ أَرَ بَيْتًا قَطُّ أَشْبَهَ بِالسُّنَّةِ مِنْ قَوْلِ
عَدِيٍّ: عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَأَبْصِرْ قَرِينَهُ … فَإِنَّ الْقَرِينَ
بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِي
“Saya tidak
pernah sama sekali melihat sebuah bait syair yang lebih sesuai dengan sunnah
daripada ucapan ‘Adi (seorang penyair: Tentang seseorang janganlah engkau
tanyakan, namun lihatlah teman bergaulnya, karena seorang teman akan mengikuti
temannya.”(Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 378)
Al-Imam
Al-A’masy rahimahullah berkata:
كَانُوا لَا يَسْأَلُونَ عَنِ الرَّجُلِ , بَعْدَ ثَلَاثٍ:
مَمْشَاهُ , وَمَدْخَلِهِ , وَأُلْفِهِ مِنَ النَّاسِ
“Dahulu
generasi Salaf tidak lagi bertanya tentang seseorang setelah mengetahui tiga
hal tentang dirinya: Teman berjalannya, teman bergaulnya dan teman dekatnya.”
(Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 419)
Al-Imam
Al-Auza’i rahimahullah berkata:
مَنْ سَتَرَ عَنَّا بِدْعَتَهُ لَمْ تُخْفِ عَلَيْنَا أُلْفَتُهُ
“Siapa yang
menyembunyikan bid’ahnya dari kami, maka tidak akan tersembunyi pertemanannya.”
[Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 420]
Al-Imam Yahya
bin Sa’id Al-Qotthon rahimahullah berkata:
“Ketika Al-Imam
Sufyan Ats-Tsauri datang ke Bashrah, maka beliau mulai memperhatikan perkara
Ar-Robi’ bin Shubaih dan kedudukannya di tengah manusia, beliau pun bertanya:
Apa mazhabnya? Mereka berkata: Tidak lain mazhabnya kecuali sunnah. Beliau
berkata: Siapa kawan dekatnya? Mereka berkata: Para pengingkar takdir. Beliau
berkata: Maka dia adalah pengikut qodariyyah (golongan pengingkar takdir).”
(Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 421)
Maka
perhatikanlah bagaimana imam ahlus sunnah membuat penilaian, mereka tidak
melihat bagaimana dengan puasa atau sholat seseorang namun mereka sangat
memperhatikan siapa temannya.
Al-Imam Al-‘Ashma’i
rahimahullah berkata:
"Aku
pernah mendengar sebagian fuqoho Madinah berkata: 'Apabila hati telah dekat
dalam penisbatan, maka badan akan menyatu dalam pertemanan.' Ibnu Baththoh
rahimahullah mengomentari: Ucapan ini telah dijelaskan dalam sunnah.” (Al-Ibaanah
Al-Kubro, no. 422).
Oleh : Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha
-Wallahu
waliyut Taufiq-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar