✔ Ketahuilah
bahwa dalam berbuat baik, seseorang tidak selamanya dengan memberi sesuatu
secara langsung, akan tetapi dapat dilakukan dengan memberi kemudahan bagi
orang yang berhutang. Berikut kami nukilkan beberapa hadits terkait:
♢ Dari Syaddad
bin Aus radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
من أنظر معسرا أو تصدق عليه ، أظله الله في ظله يوم القيامة
"Barang
siapa memberi tempo kepada orang yang dalam kesulitan, atau bersedekah
kepadanya, maka Allah akan menaunginya di bawah naunganNya pada hari
kiamat." (HR. At-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Ausath. Hasan lighairihi).
♢ As'ad bin
Zurarah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
من سره أن يظله الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله ، فلييسر على معسر
أو ليضع عنه
"Barang
siapa yang ingin agar Allah menaunginya dengan naunganNya pada hari yang tidak
ada naungan kecuali naunganNya, maka hendaklah ia memudahkan orang yang dalam
kesulitan atau menghapus/menganggap lunas (hutang) nya." (HR.
Ath-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Kabir. Shohih lighairihi.
♢ Abu Qatadah
radhiyallahu 'anhu berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
من نفس عن غريمه أو محا عنه ، كان في ظل العرش يوم القيامة
"Barang
siapa yang memudahkan orang yang berhutang kepadanya atau menghapusnya, maka
dia di bawah naungan Arsy pada hari kiamat." (HR. Al-Baghawi, Syarhus
Sunnah. Shohih)
✔ Anjuran
berinfaq dan ancaman dari sifat bakhil.
♢ Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ
يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ
الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
"Tidaklah
seorang hamba memasuki waktu pagi melainkan ada dua malaikat yang turun dan
salah satunya berdoa 'Ya Allah berilah pengganti (yang lebih baik) kepada orang
yang berinfaq.' Dan yang lainnya berdoa 'Ya Allah berikanlah kerusakan kepada
orang yang kikir'." (HR. Bukhari dan Muslim)
♢ Abu Umamah
radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ أَنْ تَبْذُلَ الْفَضْلَ خَيْرٌ لَكَ
وَأَنْ تُمْسِكَهُ شَرٌّ لَكَ وَلَا تُلَامُ عَلَى كَفَافٍ وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ
وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى
"Wahai
anak Adam! Sesungguhnya jika kamu menyedekahkan kelebihan hartamu, itu lebih
baik bagimu daripada kamu simpan, karena hal itu akan lebih berbahaya bagimu.
Dan kamu tidak akan dicela jika menyimpan sekedar untuk keperluan. Dahulukanlah
memberi nafkah kepada orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan yang di atas
adalah lebih baik, daripada tangan yang di bawah." (HR. Muslim)
Saudaraku !
Dunia dan seisinya adalah tidak lebih dari permainan dan senda gurau, andai ia
lebih berharga dari satu sayap nyamuk saja niscaya Allah tidak akan
memberikannya kepada orang-orang kafir.
Lalu mengapakah
engkau begitu antusias, bahkan nampak seperti seorang yang kehilangan akalnya
ketika engkau telat sedikit saja dari kesempatan untuk meraihnya? Sementara
engkau sama sekali tidak merasakan penyesal tatkala kewajiban kepada Allah yang
telah menciptakan dan memberimu makan, engkau lalaikan atau bahkan engkau
terjatuh dalam berbagai pelanggaran syari'at, bagimu biasa-biasa saja.
Hilang darimu
faedah-faedah ilmiah dari ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam, karena ketidakhadiranmu dalam majelis warisan
Nabi, dan semua itu biasa bagimu tanpa ada perasaan rugi ataupun penyesalan.
Saudaraku !
Mengertikah engkau jikalau yang hilang itu adalah warisan nabi yang nilainya
sudah pasti lebih dari 10 atau 20 juta dolar?
Saudaraku !
Pernahkah engkau membayangkan atau mungkin pernah mengalami, bagaimana ketika
engkau kehilangan 1 atau 2 juta rupiah ?
Saudaraku !
bandingkanlah keadaanmu ketika hilangnya dua hal tersebut darimu? Apakah ada
reaksi yang berbeda ketika kehilangan rupiah dan kehilangan warisan nabi ? Jika
engkau mempunyai reaksi yang besar ketika kehilangan rupiah dan bersikap biasa saja
ketika kehilangan warisan para nabi, maka patut kiranya dirimu diperiksa, saya
khawatir jikalau jiwamu sedang didera sebuah penyakit namun engkau tidak
merasakannya.
Allah Ta'ala
berfirman:
وَاللَّهُ
يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ
"Allah
menyeru (manusia) ke Darussalam (jannah), dan menunjuki orang yang
dikehendakinya kepada jalan yang lurus." (QS. Yunus: 25)
Tersebut dalam
hadits, Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam sering membaca do'a:
اللهم لا عيش إلا عيش الآخرة
"Ya Allah
tidak ada hakikat kehidupan yang sebenarnya kecuali kehidupan akhirat."
(Muttafaqun 'alaih)
Saudaraku !
Ketahuilah kehidupan dunia ini tidak lain kecuali kesenangan yang palsu.
Beruntunglah engkau yang telah melahirkan generasi, kemudian mereka tumbuh
dalam ketaatan bersama majelis ilmu, dan celakalah engkau yang melupakan
kewajibanmu untuk mengarahkan generasimu untuk keselamatan agama mereka karena
kelak engkau akan disiksa akan hal tersebut, dan tentu yang lebih berbahaya
lagi ketika engkau menjadi penghalang bagi generasimu dari mempelajari ilmu
agama bahkan engkau lebih cenderung mengarahkan mereka kepada kemaksiatan
dengan engkau membayar mahal menyekolahkan mereka di sekolah-sekolah umum yang
padanya mereka bercampurbaur antara lelaki dan wanita tanpa ada batasan, bahkan
anak wanitamu keluar rumah dengan teman lelakinya pergi kemana dan entah
kemana, engkau malah biasa saja dan menganggapnya sebagai hal yang realistis
karena itulah pendidikan mereka yang sedang menuntun ke arah tersebut.
Sementara jika anakmu hadiri pengajian, atau berkomitmen dengan hijabnya dan
bahkan tidak mau keluar rumah bahkan enggan berboncengan dengan lelaki asing
karena ia paham tentang aturan agama yang diajarkan oleh nabinya, justru engkau
malah merasa risih, menghalangi, bahkan serba curiga serta kerap kali terucap
dari lisanmu, "Nak... pakai jilbab yang biasa aja nak.., jangan terlalu
pergi ngaji nak.." dan seabrek untaian kata yang terlihat indah namun
membunuh kebahagiaanmu di akhirat.
Rasulullah Shallahu
'alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap
kalian semua adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang
kepemimpinannya." (HR. Bukhari)
✔Diantara Sifat
Manusia adalah mencintai Harta dunia dengan kecintaan yang sangat.
Berikut ini
beberapa nash yang kami nukilkan:
♢ Allah Ta'ala
berfirman:
إِنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
"Sesungguhnya
harta dan anak-anak kalian hanyalah fitnah(cobaan), dan di sisi Allah-lah
pahala yang besar." (QS. At-Taghabun: 15)
♢ Allah Ta'ala
berfirman:
إِنَّ
الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا . إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا . وَإِذَا
مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
"Sesungguhnya
manusia diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa
kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan dia kikir."
(QS. Al-Ma'arij: 19 - 21)
Saudaraku !
Jika sekiranya ada kekhawatiran pada dirimu ketika anak-anakmu belajar agama.
Engkau takut akan kebutuhan dunia mereka tidak terpenuhi dan yang lainnya dari
kerisauan duniawi, maka ketahuilah engkau telah melakukan dua kesalahan besar,
yaitu:
* Engkau telah
berprasangka buruk kepada Allah. Seolah orang yang mendekatkan dirinya kepada
Allah Ta'ala, dia akan ditelantarkan.
* Engkau tidak
percaya akan keesaan Allah dalam RububiahNya. Bukankah Allah telah berjanji
dalam Al-Qur'an bahwa orang yang bertakwa kepadaNya akan keluarkan dari
problema kehidupannya dan diberikan rizki dari tempat yang tidak diduga?
* Mungkin
kesalahan terbesarmu adalah engkau lupa bahwa menuntut ilmu adalah sarana untuk
menjadi taqwa, karena seseorang tidak dapat beribadah kepada Allah melainkan ia
butuh sebuah informasi tentang jenis amalan atau jenis dosa yang akan dia
tinggalkan, dan inilah yang dikatakan dengan istilah "dia harus
berilmu".
Sebagai
penutup, hendaklah kita merenungi dengan baik firman Allah Ta'ala:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ
إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ * أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا
فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan di rugikan. Itulah orang-orang yang tidak mendapatkan di akhirat
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Hud: 15 - 16)
Semoga saja
setiap usaha yang kita lakukan di dunia ini mempunyai hasil yang baik di
akhirat dan jangan sampai usaha kerja keras kita di dunia ternyata balasannya
hanya di dunia, adapun di akhirat tidak mendapatkan suatu apapun.
Wallahu waliyut
taufiq
Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafizhahullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar