Kamis, 14 Februari 2019

"Mengumpulkan Faedah Yang Tercecer"


Ketahuilah bahwa dalam berbuat baik, seseorang tidak selamanya dengan memberi sesuatu secara langsung, akan tetapi dapat dilakukan dengan memberi kemudahan bagi orang yang berhutang. Berikut kami nukilkan beberapa hadits terkait:
Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
من أنظر معسرا أو تصدق عليه ، أظله الله في ظله يوم القيامة
"Barang siapa memberi tempo kepada orang yang dalam kesulitan, atau bersedekah kepadanya, maka Allah akan menaunginya di bawah naunganNya pada hari kiamat." (HR. At-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Ausath. Hasan lighairihi).
As'ad bin Zurarah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
من سره أن يظله الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله ، فلييسر على معسر أو ليضع عنه
"Barang siapa yang ingin agar Allah menaunginya dengan naunganNya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya, maka hendaklah ia memudahkan orang yang dalam kesulitan atau menghapus/menganggap lunas (hutang) nya." (HR. Ath-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Kabir. Shohih lighairihi.
Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
من نفس عن غريمه أو محا عنه ، كان في ظل العرش يوم القيامة
"Barang siapa yang memudahkan orang yang berhutang kepadanya atau menghapusnya, maka dia di bawah naungan Arsy pada hari kiamat." (HR. Al-Baghawi, Syarhus Sunnah. Shohih)
 Anjuran berinfaq dan ancaman dari sifat bakhil.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
"Tidaklah seorang hamba memasuki waktu pagi melainkan ada dua malaikat yang turun dan salah satunya berdoa 'Ya Allah berilah pengganti (yang lebih baik) kepada orang yang berinfaq.' Dan yang lainnya berdoa 'Ya Allah berikanlah kerusakan kepada orang yang kikir'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Umamah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ أَنْ تَبْذُلَ الْفَضْلَ خَيْرٌ لَكَ وَأَنْ تُمْسِكَهُ شَرٌّ لَكَ وَلَا تُلَامُ عَلَى كَفَافٍ وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى
"Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika kamu menyedekahkan kelebihan hartamu, itu lebih baik bagimu daripada kamu simpan, karena hal itu akan lebih berbahaya bagimu. Dan kamu tidak akan dicela jika menyimpan sekedar untuk keperluan. Dahulukanlah memberi nafkah kepada orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan yang di atas adalah lebih baik, daripada tangan yang di bawah." (HR. Muslim)
Saudaraku ! Dunia dan seisinya adalah tidak lebih dari permainan dan senda gurau, andai ia lebih berharga dari satu sayap nyamuk saja niscaya Allah tidak akan memberikannya kepada orang-orang kafir.
Lalu mengapakah engkau begitu antusias, bahkan nampak seperti seorang yang kehilangan akalnya ketika engkau telat sedikit saja dari kesempatan untuk meraihnya? Sementara engkau sama sekali tidak merasakan penyesal tatkala kewajiban kepada Allah yang telah menciptakan dan memberimu makan, engkau lalaikan atau bahkan engkau terjatuh dalam berbagai pelanggaran syari'at, bagimu biasa-biasa saja.
Hilang darimu faedah-faedah ilmiah dari ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, karena ketidakhadiranmu dalam majelis warisan Nabi, dan semua itu biasa bagimu tanpa ada perasaan rugi ataupun penyesalan.
Saudaraku ! Mengertikah engkau jikalau yang hilang itu adalah warisan nabi yang nilainya sudah pasti lebih dari 10 atau 20 juta dolar?
Saudaraku ! Pernahkah engkau membayangkan atau mungkin pernah mengalami, bagaimana ketika engkau kehilangan 1 atau 2 juta rupiah ?
Saudaraku ! bandingkanlah keadaanmu ketika hilangnya dua hal tersebut darimu? Apakah ada reaksi yang berbeda ketika kehilangan rupiah dan kehilangan warisan nabi ? Jika engkau mempunyai reaksi yang besar ketika kehilangan rupiah dan bersikap biasa saja ketika kehilangan warisan para nabi, maka patut kiranya dirimu diperiksa, saya khawatir jikalau jiwamu sedang didera sebuah penyakit namun engkau tidak merasakannya.
Allah Ta'ala berfirman:
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
"Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (jannah), dan menunjuki orang yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus." (QS. Yunus: 25)

Tersebut dalam hadits, Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam sering membaca do'a:
اللهم لا عيش إلا عيش الآخرة
"Ya Allah tidak ada hakikat kehidupan yang sebenarnya kecuali kehidupan akhirat." (Muttafaqun 'alaih)
Saudaraku ! Ketahuilah kehidupan dunia ini tidak lain kecuali kesenangan yang palsu. Beruntunglah engkau yang telah melahirkan generasi, kemudian mereka tumbuh dalam ketaatan bersama majelis ilmu, dan celakalah engkau yang melupakan kewajibanmu untuk mengarahkan generasimu untuk keselamatan agama mereka karena kelak engkau akan disiksa akan hal tersebut, dan tentu yang lebih berbahaya lagi ketika engkau menjadi penghalang bagi generasimu dari mempelajari ilmu agama bahkan engkau lebih cenderung mengarahkan mereka kepada kemaksiatan dengan engkau membayar mahal menyekolahkan mereka di sekolah-sekolah umum yang padanya mereka bercampurbaur antara lelaki dan wanita tanpa ada batasan, bahkan anak wanitamu keluar rumah dengan teman lelakinya pergi kemana dan entah kemana, engkau malah biasa saja dan menganggapnya sebagai hal yang realistis karena itulah pendidikan mereka yang sedang menuntun ke arah tersebut. Sementara jika anakmu hadiri pengajian, atau berkomitmen dengan hijabnya dan bahkan tidak mau keluar rumah bahkan enggan berboncengan dengan lelaki asing karena ia paham tentang aturan agama yang diajarkan oleh nabinya, justru engkau malah merasa risih, menghalangi, bahkan serba curiga serta kerap kali terucap dari lisanmu, "Nak... pakai jilbab yang biasa aja nak.., jangan terlalu pergi ngaji nak.." dan seabrek untaian kata yang terlihat indah namun membunuh kebahagiaanmu di akhirat.
Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap kalian semua adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya." (HR. Bukhari)
Diantara Sifat Manusia adalah mencintai Harta dunia dengan kecintaan yang sangat.
Berikut ini beberapa nash yang kami nukilkan:
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
"Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian hanyalah fitnah(cobaan), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. At-Taghabun: 15)


Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا . إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا . وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
"Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan dia kikir." (QS. Al-Ma'arij: 19 - 21)
Saudaraku ! Jika sekiranya ada kekhawatiran pada dirimu ketika anak-anakmu belajar agama. Engkau takut akan kebutuhan dunia mereka tidak terpenuhi dan yang lainnya dari kerisauan duniawi, maka ketahuilah engkau telah melakukan dua kesalahan besar, yaitu:
* Engkau telah berprasangka buruk kepada Allah. Seolah orang yang mendekatkan dirinya kepada Allah Ta'ala, dia akan ditelantarkan.
* Engkau tidak percaya akan keesaan Allah dalam RububiahNya. Bukankah Allah telah berjanji dalam Al-Qur'an bahwa orang yang bertakwa kepadaNya akan keluarkan dari problema kehidupannya dan diberikan rizki dari tempat yang tidak diduga?
* Mungkin kesalahan terbesarmu adalah engkau lupa bahwa menuntut ilmu adalah sarana untuk menjadi taqwa, karena seseorang tidak dapat beribadah kepada Allah melainkan ia butuh sebuah informasi tentang jenis amalan atau jenis dosa yang akan dia tinggalkan, dan inilah yang dikatakan dengan istilah "dia harus berilmu".
Sebagai penutup, hendaklah kita merenungi dengan baik firman Allah Ta'ala:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ * أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan di rugikan. Itulah orang-orang yang tidak mendapatkan di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Hud: 15 - 16)
Semoga saja setiap usaha yang kita lakukan di dunia ini mempunyai hasil yang baik di akhirat dan jangan sampai usaha kerja keras kita di dunia ternyata balasannya hanya di dunia, adapun di akhirat tidak mendapatkan suatu apapun.

Wallahu waliyut taufiq
Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafizhahullah




Tidak ada komentar:

Posting Komentar