Jumat, 14 September 2018

Nasehat: "Waspadalah Dari Da'i-Da'i Yang Jahat"

Da’i yang jahat yang dimaksudkan adalah bukan ditinjau dari sisi kriminal, akan tetapi lebih khusus ditinjau dari sisi keagamaan, karena para ulama sangat membenci dan menaruh perhatian yang serius terhadap kriminal dalam agama dari sudut aqidah, manhaj, syirik, tauhid dan bid’ah daripada mencuri, merampok dan yang semisalnya, karena mereka sangat paham akan bahayanya dalam agama.

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah wafat tahun 597 H, beliau berkata:

فَقَدْ بَانَ ذَكَرْنَا أنَّ أهْلَ السُّنَّةِ هُمْ المُتَّبِعُونَ، و أنَّ أهْلَ الْبِدْعَةِ هُمْ الْمُظهِرُونَ شَيْئًا لم يَكُنْ قَبْلُ، وَلا مُسْتَنَدَ لَهُ، ولِهَذَا اسْتَتَرُوا بِبِدْعَتِهِمْ، ولم يَكْتُمْ أهْلُ السُّنَّةِ مَذْهَبَهُمْ، فَكَلِمَتُهُمْ ظَاهِرَةٌ، ومَذْهَبُهُمْ، مَشْهُورٌ، والْعَاقِبَةُ لَهُمْ

“Seperti yang telah kami jelaskan, bahwa ahlus sunnah adalah orang-orang yang mengikuti As-Sunnah, sedangkan ahli bid’ah adalah orang-orang yang menampakkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya dan tidak memiliki sandaran hukum yang kuat, sehingga mereka perlu bersembunyi dibalik tabir bid’ah mereka. Adapun ahlus sunnah tidak pernah menyembunyikan madzhab mereka. Perkataan mereka jelas, madzhab mereka pun terkenal dan tentunya kesudahan yang baik akan kembali kepada mereka.” (Lihat Al- Muntaqa An- Nafis Min Talbis Iblis li ibni Jauzi, syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid, cetakan pertama Syawwal 1429 H halaman 35, Dar Ibnul Jauzi).

Demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

لا تَزَالُ طائِفَةٌ مِن أمَّتِي ظَاهِرِيْنَ عَلى الْحَقِّ لا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُالله  وَهُمْ كَذَلِكَ

“Senantiasa ada segolongan dari ummatku, mereka senantiasa berada diatas al-haq, tidak akan bisa membinasakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka, sampai datang ketetapan Allah dan mereka tetap dalam keadaan demikian (konsisten).” (HR. Muslim)

            Dengan demikian maka inilah sejumlah aturan yang berdiri diatasnya prinsip para ulama salaf dalam menyikapi para da’i yang menyimpang, dan senantiasa menasihati ummat Islam darinya secara turun temurun sampai pada saat ini, maka barang siapa yang berjalan diatas jalan mereka, dia akan selamat dengan izin Allah dan barang siapa yang berpaling dari jalan mereka maka dia akan tersesat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam:

إنَّ اللهَ لا يَقْبِضُ العِلمَ إنْتِزَاعًا يَنِتَزِعُهُ مِن العِبَادِ، ولكن يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبضِ الْعُلَمَاءِ، حتَّى إذَا لم يُبْقِ عَالِمًا ، إتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُسًا جُهَّالاً، فسُئِلُوا، فَأَفْتَوا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا و أضَلُّوا (متفق عليه)

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan serta merta dari seorang hamba-hambaNya. Akan tetapi Allah mencabutnya dengan cara mewafatkan para ulama. Hingga tidak lagi tersisa seorang ulama pun. Maka manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, lalu pemimpin tersebut akan ditanya dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” (Muttafaqun ‘alaih. Bukhari: 100, 7307. Muslim: 2673).

سَيَأْتِي على النَّاسِ سَنَوَاتٌ خُدَّعَاتٌ، يُصَدَّقُ فِيْهَا الكَاذِبُ و يُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ،و يُؤْتَمَنُ فِيْهَا الخَائِنُ ويُخَوَّنُ فِيْهَا ألأمِيْنُ، ويَنْطِقُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةُ، قِيْلَ وما الرُّوَيْبِضَةُ ؟ قال الرَّجُلُ التَافِهُ يَتَكَلَّمُ فِي أمْرِ العَامَّة (رواه ابن ماجه: ٤٠٣٦ وأحمد، صححه ألألبانى)

“Akan datang tahun-tahun yang penuh dengan tipu daya. Para pendusta dianggap orang yang jujur dan sebaliknya orang yang jujur dianggap pendusta. Orang yang pengkhianat dianggap amanah dan yang amanah dicap pengkhianat. Dan para ruwaibidhoh mulai angkat bicara! Maka ditanyakan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam siapa itu ruwaibidhoh? Beliau pun menjawab: “Orang dungu yang sok bicara tentang perkara orang banyak (ummat).” (HR. Ibnu Majah: 4036, Ahmad dan dishohihkan Syaikh al-Albani dalam As- Shohihah: 1887).

إنَّ مِنْ أشْرَاطِ السّاعَةِ أنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ الأَصَاغِرِ (الصحيحة :٦٩٥ )

“Merupakan tanda-tanda hari kiamat adalah jika ilmu diambil/ dituntut dari ashogir.” (Lihat As- Shohihah no. 695)

إنّما أخَافُ على أمَّتِي ألأئِمَّةَ المُضِلّيْنَ (ابو داود :٤٢٥٢، الترمذى : ٢٢٢٩ )

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas ummatku adalah para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Abu Daud no. 4252, Tirmidzi no. 2229)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

إنَّكُمْ سَتَجِدُونَ أقْوامًا يَزْعُمُوْنَ أنَّهُمْ يَدْعُوْنَكُمْ ألى كِتَابِ الله، وقَدْ نَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُوْرِهِمْ (الدّارمى : ١٤٣ )

“Sesungguhnya kalian nanti akan mendapatkan suatu kaum yang mereka mengklaim bahwa mereka menyeru kalian kepada kitabullah, padahal sungguh mereka telah menanggalkan kitabullah ke belakang punggung mereka.” (Lihat sunan Ad- Darimi no. 143)

Utsman bin Hadhir Al- Azdi berkata:

عن عثمانَ بنِ حاضِرٍ ألأزْدي قال: دَخَلْتُ على ابنِ عبّاسِ، فقلتُ أَوْصِني، فقال نعم، عَلَيْكَ بِتَقْوَالله والإسْتِقَامَةِ، اتَّبِعْ ولاتبْتَدِع ( الدّارمى: ١٣٩ )

“Dari Utsman bin Hadhir Al- Azdi, ia berkata: ‘Aku pernah masuk menemui Ibnu Abbas, lalu aku berkata berilah aku nasihat! Ia berkata: ‘Ya’ hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah dan istiqamah, ikutilah petunjuk (agama) dan janganlah berbuat bid’ah.” (Lihat Sunan Ad-Darimi no. 139)

Muhammad bin Sirin berkata:

إنَّ هَذا العِلْمَ دِيْنٌ فانْظُرُوا عن مَنْ تَأْخُذَونَ دِيْنَكُمْ (مقدّمة الصحيح مسلم)

“Sesungguhnya ilmu ini agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.” (Lihat Muqaddimah Shohih Muslim)

لم يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنِ الإسْنَادِ فلمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ، قالوا سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ، فَيَنْظُرُ إلى أهلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيْثُهُمْ، و يَنْظُرُ إلى أهل البِدْعَةِ فلآيُؤْخَذُ حَدِيْثُهُمْ (مقدّمة الصحيح مسلم)

“Dulunya para ulama tidak bertanya tentang sanad (nara sumber), akan tetapi tatkala telah terjadinya (banyak) fitnah (dalam agama), maka mereka pun berkata sebutkanlah kepada kami siapa nara sumber kalian, jika mereka (nara sumber) sebagai ahli sunnah maka diambil haditsnya, dan jika mereka sebagai ahli bid’ah maka haditsnya tidak dipakai (tidak diambil).” (Lihat Muqaddimah Shohih Muslim)

كانوا يَرَونَ أنَّهُ على الطَّرِيْقِ ما كان على الأثَرِ (الدّارمى:١٤٠ )

“Dulunya para ulama menganggap seseorang berada diatas jalan yang lurus selama dia berada diatas atsar.” (Lihat sunan Ad- Darimi no. 140)

Abdullah bin Mubarak berkata:

الإسْنادُ مِنَ الدِّيْنِ ، ولو لا الإسْنادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ ما شاءَ (مقدّمة الصحيح مسلم)

“Sanad (nara sumber) adalah bagian dari agama, maka jika tidak ada sanad niscaya seseorang akan berbicara dengan apa saja yang akan dia katakan (bicara seenak perut).” (Lihat Muqaddimah Shohih Muslim)

            Maka merupakan suatu bentuk penjagaan terhadap kemurnian agama adalah dengan berhati-hati dalam menerima pelajaran agama. Oleh sebab itu para ulama merumuskan dan mempelajari ilmu sanad/ ilmu yang mempelajari tentang biografi para pembawa hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam. Dengan begitu, maka mereka akan sanggup membuktikan sebuah hadits itu memang benar-benar berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam ataukah tidak, sehingga tidak ada peluang sedikit pun bagi tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab untuk menyusupkan kerancuan di dalam agama, yang mereka berusaha melancarkan makarnya dengan menyusupkan kerancuan di dalam agama baik dengan melakukan penambahan atau pengurangan terhadap syari’at, namun usaha mereka itu selalu gagal dan tidak berdaya dihadapan ulama ahli hadits.

Para ulama ahli hadits dari setiap zaman akan selalu berada pada barisan terdepan untuk membongkar setiap penyelewengan dan penyimpangan dalam agama, karena mereka memiliki syarat dan metode yang sangat ketat dalam mengambil dan mempelajari agama, maka selayaknya bagi kita untuk  mengikuti jejak langkah mereka dalam kehati-hatiannya ketika mempelajari ilmu agama. Wallahu Waliyut Taufiq----------------------------------------------------------------


Penulis: Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafizhahullah




Tidak ada komentar:

Posting Komentar