Senin, 10 September 2018

Perkara Yang Wajib Di Pelajari Seorang Muslim


Diantara perkara yang wajib dipelajari oleh seorang muslim adalah Al- Ilmu,  yakni mengenal Allah, Nabi-Nya dan Islam beserta dalil-dalilnya.

MENGENAL ALLAH 'AZZA WA JALLA

Seseorang dapat mengenal Allah 'Azza Wa Jalla dengan cara memperhatikan ayat-ayat Allah yang bersifat syar'iyah yang terdapat dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah dan juga memperhatikan ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah yakni yang terdapat pada makhluk-makhluk Allah/ ciptaan-Nya. Setiap insan ketika memperhatikan ayat-ayat    Allah   maka   dia akan bertambah keimanannya tentang sang pencipta, Allah Azza Wa Jalla berfirman:

وَفِي ٱلۡأَرۡضِ ءَايَٰتٞ لِّلۡمُوقِنِينَ.  وَفِيٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ

“Dan dibumi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang yakin, dan juga pada dirimu sendiri apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS.Adz- Dzariyaat20-21)

Pengenalan terhadap Allah ini memberikan konsekuensi bahwa Allah adalah Sang Maha Pencipta,  Maha Mengatur segala urusan, Maha Menentukan hukum dan yang semisal dengannya dari rububiyahNya Allah yang mengantarkan kepada penerimaan serta tunduk terhadap syari'at Allah,  dengan demikian teraplikasi-lah tauhid uluhiyah yakni penghambaan hanya kepada Allah Azza Wa Jalla semata.

MENGENAL NABI MUHAMMAD -Shallallahu 'alaihi Wa Sallam

Adapun mengenal Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam,  maka berkata Asy-Syaekh Ibnu Utsaimin –rahimahullah-: “Mengenal Rasul Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam adalah pengenalan yang berkonsekuensi menerima semua yang beliau bawa, berupa petunjuk dan agama yang haq, membenarkan apa yang beliau kabarkan, melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya, serta berhukum dengan syari'atnya dan ridho dengan hukumnya.” (Syarh Tsalatsatul Ushul).

Sebagaimana firman Allah Azza Wa Jalla:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا

“Maka demi Tuhanmu mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An- Nisa’: 65).

إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

“Hanya ucapan orang- orang mukmin apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya untuk memutuskan (perkara) diantara mereka, maka mereka berkata ‘kami dengar dan kami taat’. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An- Nur: 51).

فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا

“Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,  maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’: 59)

فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Hendaklah orang- orang yang menyelisihi perintah Rasul takut akan ditimpah fitnah atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS. An-Nur: 63).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

كُلُّ أُمَّتِيْ  يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ  إِلاَّ مَنْ أَبَى ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ مَنْ يَأْبَى قَال وَمَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Setiap ummatku akan masuk jannah kecuali mereka yang tidak mau." Para sahabat bertanya: 'Siapakah yang tidak mau itu wahai Rasulullah?' Beliau menjawab: ‘Barang siapa yang menaatiku, maka dia yang akan masuk jannah dan barang siapa yang mendurhakaiku dialah yang tidak mau.” (HR. Bukhari dan Ahmad).

MENGENAL ISLAM DENGAN DALIL-DALILNYA.

Islam adalah suatu keyakinan agama yang telah disempurnakan dan diridhoi oleh Allah, bahkan islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa Sallam adalah agama yang menghapus syariat agama Nabi-Nabi terdahulu. 

Allah Azza Wa Jalla berfirman:

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ

“Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah adalah islam.” (QS. Ali- Imran: 29).

وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ

“Barang siapa yang mencari agama yang lain selain islam sebagai agamanya, maka tidak akan diterima oleh Allah (agama tersebut) dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali- Imran: 85).

Dengan demikian, maka ayat- ayat ini menjadi bantahan telak kepada para pengusung pemahaman persatuan agama yang dipelopori oleh Jaringan Islam Liberal (JIL). Dimana prinsip yang paling mendasar pada gerakan pemurtadan ini adalah adanya seruan tentang semua agama adalah sama baik, padahal ini adalah merupakan seruan kekufuran. Dan  islam juga tidak membutuhkan penambahan dan pengurangan dalam syariat, karena itulah Allah Azza Wa Jalla berfirman:

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Ku cukupkan atas kalian nikmatKu serta Aku ridho islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maaidah: 3).

Sebab itulah semua jalan kebaikan dan jalan keburukan telah diterangkan kepada kita, sehingga tidak tersisa satupun dari ajaran islam yang disembunyikan oleh Rasulullah. 

Rasululllah –Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِن الجَنَّةِ وَ يُبَاعِدُ عَن النَّارِ إِلَّا وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ

“Tidaklah tersisa satupun perkara yang mendekatkan ke jannah dan menjauhkan dari neraka kecuali telah dijelaskan kepada kalian.”

Dengan demikian, hadits ini dan hadits-hadits yang semakna, adalah merupakan bantahan telak bagi para pembuat bid'ah baik dari kalangan kiyai, habib maupun yang semisal dari mereka diantara guru-guru sufi. Sisi bantahan kepada berbagai macam bid'ah itu adalah:

Pertama: Apakah engkau tidak meyakini bahwa agama ini telah sempurna? Jika engkau meyakini bahwa agama ini telah sempurna, maka  berarti bahwa agama ini tidak lagi membutuhkan penambahan dan pengurangan. Namun jika engkau tidak meyakininya sehingga engkau perlu melakukan berbagai bentuk peribadatan yang baru,  maka berhati-hatilah, karena dengan hal ini engkau dapat terjatuh ke dalam kekufuran.

Kedua: Apakah bid'ah yang engkau lakukan itu, diketahui oleh Rasul ataukah Rasul tidak mengetahuinya? Jika engkau berpendapat hal itu diketahui, lalu mengapa Rasul tidak melakukannya dan tidak pula membimbing ummatnya kepada perkara tersebut? Atau Jika engkau mengatakan Rasul tidak mengetahui perkara yang engkau anggap baik dari kebid'ahan itu, maka berarti engkau telah merasa dan menganggap diri lebih pandai 
dari Rasulullah, dan ini mustahil dilakukan kecuali oleh orang yang gila.

Abu Dzar Al-Ghifari berkata: “Tidaklah Rasulullah di wafatkan dan burung mengepakkan kedua sayapnya diangkasa, kecuali beliau menyebutkan ilmunya kepada kami.” (Al- Bazzar dalam musnadnya no. 3897).

Maka lihatlah apa yang  disampaikan Abu Dzar ini! Kalau kepakan sayap burung saja, telah diterangkan ilmunya sebagai gambaran sangat sempurna dan detailnya syariat islam, lalu bagaimanakah dengan perkara yang lebih besar dari ini?! Seperti tentang sholat, puasa, membaca Al-Qur'an dan perkara-perkara lainnya?! Renungkanlah!! 
Wallahu Waliyut Taufiq

Penulis: Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafizhahullah
Disadur dari: Bundel Al-Ukhuwah Tahun ke-II, penerbit MDHJayapura.



2 komentar: