Islam
telah memotivasi para wanita agar menaati suaminya, memperelok hubungan pernikahan
dengannya, serta memperindah pergaulan dengannya. Tersebut dalam sebuah hadits
bahwa suatu ketika datang seorang wanita kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam kemudian berkata:
“Wahai
Rasulullah aku adalah utusan kaum wanita kepadamu. Allah Ta’ala telah perintahkan jihad kepada kaum lelaki. Jika
mereka menang maka mereka mendapatkan pahala dan jika mereka terbunuh, mereka hidup disisi Rabb mereka
dengan mendapat rezki. Sedangkan kami kaum wanita harus berbakti kepada mereka,
lalu apa bagian kami dari hal itu? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam pun
bersabda:
أَبْلِغِي
مَنْ لَقِيْتِ مِنَ النِّسَاءِ أنَّ طَاعَةَ الْمَرْأَةِ الزَوْجَ وَاعْتِرافا
بِحَقِّهِ يَعْدِلُ ذالِك، وَ قَلِيْلٌ مِنْكُنَّ يَفْعَلُهُ
“Sampaikan
kepada wanita yang engkau temui bahwa taatnya istri kepada suami dan pengakuannya
terhadap hak suaminya sebanding dengan jihad, namun sedikit dari kalian yang
melakukannya.” (HR. Al-Bazzar dan Thobrani)
Renungkanlah
Wahai Saudariku Muslimah !!
Bagaimana
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam menjadikan ketaatan kepada suami sebanding
dengan jihad, yang mana jihad merupakan puncak ajaran islam. Bahkan
Rasulullah menjadikan ketaatan istri kepada suaminya sebagai sebab masuk
jannah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Wa Sallam bersabda :
إٍذَا
صَلَّتْ اْلمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَ صَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَ
أَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
“Jika
seorang wanita memelihara sholat lima waktu, puasa dibulannya (Ramadhon),
menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, niscaya ia masuk surga.” (HR.
Ahmad).
Allah
Ta’ala juga telah
menjadikan ketaatan kepada suami sebagai sifat wanita sholihah. Allah Ta’ala
berfirman:
فَٱلصَّٰلِحَٰتُ
قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ
“Maka
wanita-wanita sholihah itu ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)...” (QS.
An-Nisa' : 34)
¬Kata Al-Qonitat dalam ayat tersebut
bermakna wanita-wanita yang menaati suami mereka, sebagaimana yang dinukil dari
perkataan Ibnu Abbas.¬
Ketaatan
ini adalah perkara yang harus ada secara alamiyah dalam perjalanan kehidupan
rumah tangga. Secara umum, tabiat hidup dan tabiat hubungan manusia menuntut
adanya pemimpin dan yang dipimpin, adanya panutan dan pengikut. Dan kehidupan
rumah tangga adalah hubungan antara dua orang atau lebih (jika punya anak atau
suami, termasuk orang yang menjalankan syari'at poligami) maka disana harus ada
pemimpin yang mengarahkan lajunya dan meluruskan perjalanannya. Dan yang menjadi
pemimpin disini adalah kaum lelaki, sebagaimana hal itu telah ditetapkan dengan
dua perkara, yaitu:
· Seluruh
syari'at yang datangnya dari langit (yakni agama Allah Ta’ala), dan
· Fitrah
manusia.
Allah
Ta’ala berfirman:
ٱلرِّجَالُ
قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ
وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ
“Kaum
lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (kaum lelaki) atas sebagian yang lain (kaum wanita), dan karena
mereka (kaum lelaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS.
An-Nisa: 34)
Kepemimpinan
ini menuntut adanya ketaatan istri pada suaminya yang berfungsi sebagai
penangkis munculnya problematika, penjaga eksistensi keluarga dari keretakan
dan kehancuran serta pendorong lajunya kehidupan keluarga menuju sebuah
kemajuan.
Kepada
kaum hawa dan tentunya kepada para keluarga, saya mengajak untuk memperhatikan
strategi yang dibangun oleh iblis dan bala tentaranya untuk menghancurkan
sebuah hubungan rumah tangga, sebagaimana termaktub dalam hadits yang artinya:
“Sesungguhnya
Iblis menegakkan singga sananya diatas air, lalu ia mengutus para
pasukannya. Pasukan yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar
fitnahnya. Salah seorang dari mereka datang seraya berkata: “Saya tidak
meninggalkan si fulan sampai dia melakukan ini..” Iblis pun berkata kamu
belum berbuat apa-apa. Kemudian datang lagi salah seorang dari mereka, (dan
berkata): “Aku tidak meninggalkan fulan sampai aku pisahkan antara dia dan
istrinya”. Maka didekatkan lah pada Iblis dan ia berkata “Bagus kamu
bagus.” (HR. MUSLIM)
Begitulah
para pasukan Iblis dari bangsa jin dan manusia selalu berkeliaran dan berusaha
untuk merusak sebuah hubungan rumah tangga yang dijalani antara anak Adam.
Ketahuilah...!!
Seorang
suami yang mendapatkan kelembutan dan kehangatan dari seorang istri tidak
diragukan lagi bahwa hal itu akan melahirkan pada dirinya cinta tulus dan kasih
sayang kepada istrinya. Dengan begitu akan terwujud apa yang Allah Ta’ala firmankan sebagai
berikut:
وَمِنۡ
ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ
إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ
لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS.
Ar-Ruum: 21)
Namun
suatu hal yang harus diingat dan dipahami dengan baik adalah bahwa taatnya
seorang istri terhadap suaminya adalah dalam rangka meraih jannah, sehingga
tidak ada ketaatan dalam rangka bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Diantara contoh
ketaatan yang salah yang dipersembahkan oleh seorang istri kepada suami adalah:
Pertama: Memenuhi
keinginan suami untuk jimak dalam keadaan haid dengan dalil taat kepada suami
dan ingin membahagiakan suami serta takut membuat suami marah.
Kedua: Memenuhi
keinginan suami untuk tidak sholat atau tidak belajar ilmu agama dengan dalil
taat kepada suami. Padahal menuntut ilmu agama adalah kewajiban yang bersifat
fardhu 'ain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Ta’ala, sehingga bila suami melarang
akan hal ini dengan alasan yang tidak jelas maka tentunya suami termasuk
diantara manusia yang paling jelek yaitu melarang atau mencegah manusia dari
jalan Allah, sebab itu larangan yang demikian tidak wajib untuk dipatuhi.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:
لاَ
طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
“Tidak
ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Allah.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim)
Akhir
kalam, semoga kajian ini bermanfaat bagi kita dan menjadi amalan yang dapat
memberatkan timbangan kebaikan kita di hari akhirat nanti. -Wallahu Waliyut
Taufiq------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penulis:
Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafizhahullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar