-
Berkata al-imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah dalam kitabnya Lum'atul
I'tiqod:
وَيَجِبَ اَلْإِيمَانُ بِكُلِّ مَا أَخْبَرَ بِهِ اَلنَّبِيُّ صلى
الله عليه وسلم وَصَحَّ بِهِ اَلنَّقْلُ عَنْهُ فِيمَا شَاهَدْنَاهُ, أَوْ غَابَ
عَنَّا, نَعْلَمُ أَنَّهُ حَقٌّ وَصِدْقٌ, وَسَوَاءٌ فِي ذَلِكَ مَا عَقِلْنَاهُ
وَجَهِلْنَاهُ, وَلَمْ نَطَّلِعْ عَلَى حَقِيقَةِ مَعْنَاهُ, مِثْلَ حَدِيثِ
اَلْإِسْرَاءِ وَالْمِعْرَاجِ وَكَانَ يَقَظَةً لَا مَنَامًا, فَإِنَّ قُرَيْشًا
أَنْكَرَتُهُ وَأَكْبَرَتَهُ, وَلَمْ تُنْكِرْ اَلْمَنَامَاتِ
Wajib
mengimani semua kabar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah shahih
sanadnya baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui. Kita yakin
bahwa ia benar dan jujur, sama saja akal kita bisa mencernanya atau tidak. Kita
tidak memaksa diri mengetahui hakikat maknanya. Seperti hadits Isra-Mi’raj
adalah dalam keadaan sadar bukan mimpi, karena orang-orang Quraisy
mengingkarinya dan mengganggapnya mustahil tetapi tidak mengingkari
mimpi-mimpi.
وَمِنْ ذَلِكَ أَنَّ مَلَكَ اَلْمَوْتِ لَمَّا جَاءَ إِلَى مُوسَى
عَلَيْهِ اَلسَّلَامُ لِيَقْبِضَ رُوحِهِ لَطَمَهُ فَفَقَأَ عَيْنَهُ, فَرَجَعَ
إِلَى رَبِّهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ عَيْنَهُ.
Termasuk
pula adalah Malaikat Maut ketika mendatangi Musa ‘alaihissalam untuk mencabut
nyawanya memukulnya hingga tercongkel mata malaikat tersebut. Lalu ia kembali
kepada Rabb-nya sehingga matanya disembuhkan.” (HR. Al-Bukhari no. 1339 dan
Muslim no. 2372)
وَمِنْ
ذَلِكَ أَشْرَاطُ السَّاعَةِ مِثْلُ خُرُوجِ الدَّجَّالِ، وَنُزُولِ عِيسَى ابْنِ
مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَيَقْتُلُهُ، وَخُرُوجِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ،
وَخُرُوجِ الدَّابَّةِ، وَطُلُوعِ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَأَشْبَاهِ ذَلِكَ
مِمَّا صَحَّ بِهِ النَّقْلُ
Di
antaranya pula adalah tanda-tanda hari Kiamat, seperti munculnya Dajjal, turunya
‘Isa bin Maryam ‘alaihissalam lalu membunuhnya, keluarnya Yajuj dan Majuj,
keluarnya Dabbah, Terbitnya matahari dari arah barat, dan yang semisalnya dari
kabar yang shahih periwayatannya.
وَعَذَابُ الْقَبْرِ وَنَعِيمُهُ حَقٌّ، وَقَدْ اسْتَعَاذَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُ، وَأَمَرَ بِهِ فِي كُلِّ صَلَاةٍ.
Begitu
juga siksa kubur dan nikmat kubur adalah benar adanya. Sungguh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam telah berlindung darinya dan memerintahkan itu di setiap
shalat.
وَفِتْنَةُ الْقَبْرِ حَقٌّ، وَسُؤَالُ مُنْكَرٍ وَنَكِيرٍ حَقٌّ،
وَالْبَعْثُ بَعْدَ الْمَوْتِ حَقٌّ، وَذَلِكَ حِينَ يَنْفُخُ إِسْرَافِيلُ
عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي الصُّورِ: {وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ
الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ} [يس : ٥١]
Fitnah
kubuh benar adanya. Pertanyaan Munkar dan Nakir benar adanya. Kebangkitan
setelah mati benar adanya, yaitu ketika Israfil ‘alaihissalam meniup
sangkakala, “Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan
segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” (Qs Yasin: 51)
وَيُحْشُرُ اَلنَّاسُ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً
غُرْلاً بِهِمَا, فَيَقِفُونَ فِي مَوْقِفِ اَلْقِيَامَةِ, حَتَّى يَشْفَعَ
فِيهِمْ نَبِيُّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم
Manusia
dihimpun pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, tidak
berkhitan, dan tanpa membawa apa-apa. Mereka terhenti di tempat pemberhentian
Kiamat hingga Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi syafaat.
وَيُحَاسِبَهُمْ اَللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى, وَتُنْصَبُ
اَلْمَوَازِينُ, وَتُنْشُرُ اَلدَّوَاوِينُ, وَتَتَطَايَرُ صَحَائِفُ
اَلْأَعْمَالِ إِلَى اَلْإِيمَانِ وَالشَّمَائِلِ: {فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ
كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ * فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا * وَيَنْقَلِبُ
إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا * وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ *
فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا * وَيَصْلَى سَعِيرًا} (الانشقاق: ٧-١٢)
Allah
tabaraka wa ta’ala menghisab dan diletakkan mizan (timbangan-timbangan). Buku
catatan dihamparkan dan catatan amal diserahkan ke tangan kanan dan tangan
kiri, “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia
akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada
kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan
kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: ‘Celakalah aku.’ Dan dia akan
masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (Qs Al-Insyiqoq: 7-12)
والميزان له كفتان ولسان توزن به الأعمال: {فَمَنْ ثَقُلَتْ
مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ
فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ}
(المؤمنون: ١٠٢-١٠٣)
Mizan
memiliki dua daun timbangan dan lisan untuk menimbang amal perbuatan. “Barang
siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang
dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka
itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka
Jahanam.” (Qs al-Mu'minun: 102-103)
وَلِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم حَوْضٌ فِي اَلْقِيَامَةِ,
مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنْ اَللَّبَنِ, وَأَحْلَى مِنْ اَلْعَسَلِ,
وَأَبَارِيقُهُ عَدَدُ نُجُومِ اَلسَّمَاءِ, مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شَرْبَةً لَمْ
يَظْمَأْ بَعْدَهَا أَبَدًا
Nabi
kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki telaga pada hari Kiamat
yang airnya sangat putih melebihi susu dan sangat manis melebihi madu.
Gayung-gayungnya sejumlah bintang-bintang di langit. Siapa yang minum darinya
tidak akan haus selama-lamanya setelah itu. (HR. Al-Bukhari no. 6583 dan Muslim
no. 2290-2291)
وَالصِّرَاطُ حَقٌّ, يَجُوزُهُ اَلْأَبْرَارُ, وَيَزِلُّ عَنْهُ
اَلْفُجَّارُ
Shirat
(jembatan yang membentang di punggung neraka menuju surga) benar adanya yang
akan dilewati oleh orang-orang baik, sementara orang-orang pendosa akan
terpleset.
وَيَشْفَعُ نَبِيُّنَا صلى الله عليه وسلم فِيمَنْ دَخَلَ
اَلنَّارَ مِنْ أُمَّتِهِ مِنْ أَهْلِ اَلْكَبَائِرِ, فَيَخْرُجُونَ بِشَفَاعَتِهِ
بَعْدَمَا اِحْتَرَقُوا وَصَارُوا فَحْمًا وَحُمَمًا, فَيَدْخُلُونَ اَلْجَنَّةَ
بِشَفَاعَتِهِ, وَلِسَائِرِ اَلْأَنْبِيَاءِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلَائِكَةِ
شَفَاعَاتٌ قَالَ تَعَالَى : {يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ}
[الأنبياء: 28] وَلَا تَنْفَعُ اَلْكَافِرَ شَفَاعَةُ اَلشَّافِعِينَ
Nabi
kita shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memberi syafaat kepada orang yang masuk
neraka dari umatnya pelaku dosa besar. Mereka keluar dengan syafaat beliau
setelah terbakar dan menjadi berasap serta menghitam. Lalu mereka masuk surga
dengan syafaat beliau. Seluruh para nabi, orang-orang beriman, dan para
malaikat juga memiliki syafaat-syafaat. Dia ta’ala berfirman, “Dia mengetahui
segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka,
dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah,
dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (Qs al-Anbiya':
28) Dan orang-orang kafir tidak akan berlaku untuk mereka syafaat siapa pun
yang memberi syafaat.
وَالْجَنَّةُ وَالنَّارُ مَخْلُوقَتَانِ لَا تَفْنَيَانِ فَالْجَنَّةُ
مَأْوَى أَوْلِيَائِهِ, وَالنَّارُ عِقَابُ لِأَعْدَائِهِ, وأهل الجنة فيها مخلدون
{إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي عَذَابِ جَهَنَّمَ خَالِدُونَ * لَا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ
وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ} [الزخرف: 74 - 75]
Surga
dan neraka adalah dua makhluk yang tidak akan punah. Surga adalah tempat
wali-wali-Nya dan neraka adalah sika bagi musuh-musuh-Nya. Penduduk surga kekal
di dalamnya dan “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab
neraka Jahanam. Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya
berputus asa.” (Qs Az-Zukhruf: 74-75)
وَيُؤْتَى بِالْمَوْتِ فِي صُورَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ, فَيُذْبَحُ بَيْنَ
اَلْجَنَّةِ وَالنَّارِ, ثُمَّ يُقَالُ: «يَا أَهْلَ اَلْجَنَّةِ خُلُودٌ
وَلَا مَوْتَ, وَيَا أَهْلَ اَلنَّارِ خُلُودٌ وَلَا مَوْتَ»
Kematian
akan didatangkan dalam rupa kambing gibas bertanduk. Lalu disembelih di antara
surga dan neraka. Kemudian dikatakan, “Wahai penduduk surga kekallah dan tidak
ada kematian. Wahai penduduk neraka kekallah dan tidak ada kematian.” [HR.
Al-Bukhari no. 6544]
-
Penjelasan Singkat:
1. Setiap apa yang diberitakan secara shohih dari
Rasulullah adalah benar adanya, baik yang dapat dijangkau oleh akal maupun
tidak. Ali bin Abi Tholib radhiyallahu 'anhu berkata:
لَوْ كَانَ اَلدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ اَلْخُفِّ
أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله
عليه وسلم يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ (أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ
بِإِسْنَادٍ حَسَن)
"Jikalau
agama itu cukup dengan pikiran maka bagian bawah sepatu lebih utama untuk diusap
daripada bagian atas Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam mengusap punggung kedua sepatunya" (Diriwayatkan oleh Abu Dawud
dengan sanad hasan)
2. Agama ini adalah wahyu yang harus diimani dan dibenarkan
tanpa menimbangnya dengan akal, karena akal manusia terbatas dan pendek
sehingga banyak perkara yang tidak mampu dijangkau oleh akal. Sebab itu
kecerdasan akal harus diukur dengan wahyu bukan sebaliknya.
3. Salah satu faktor tersesatnya manusia adalah karena
mereka mendahulukan akal dari wahyu, padahal kewajiban kita ketika berhadapan
dengan wahyu adalah menerima dan membenarkan. Imam Az-Zuhri berkata:
مِنَ اللهِ الرِّسالَةُ وَ عَلى رسولِ اللهِ
البَلَاغُ وَ عَلَيْنَا التَّسْلِيْمُ
"Agama
ini datangnya dari Allah, dan kewajiban Rasulullah hanya menyampaikan, adapun
kewajiban kita adalah menerima". (Shohih Bukhari no 7530)
4.
Diantara perkara ghoib yang wajib diimani adalah adanya siksa dan nikmat kubur.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda:
اِسْتَنْزِهُوا مِنْ اَلْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ
اَلْقَبْرِ مِنْهُ (رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيّ)
"Sucikanlah
dirimu dari air kencing karena kebanyakan siksa kubur itu berasal
darinya." (Riwayat Daruquthni)
5.
Pada hari kiamat ada sejumlah peristiwa yang terjadi secara hakiki bukan
kiasan, seperti adanya mizan, shiroth, syafaat yang diberikan oleh nabi
shalallahu 'alaihi wa sallam dan lainnya dari perkara yang telah disebutkan
dalam hadits-hadits yang shohih.
6.
Seorang muslim yang tidak melakukan hal-hal yang membatalkan keislamannya jika
dia masukan neraka maka tidak akan kekal didalamnya karena akan mendapatkan
syafa'at dari nabi sehingga keluar dari neraka dengan ijin Allah Ta'ala. Allah
berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا
دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا
بَعِيدًا
"Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu),
dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah
tersesat sejauh-jauh kesesatan." (Qs An-Nisa : Ayat 116)
7.
Surga dan Neraka adalah dua mahluk Allah yang telah Allah ciptakan, bahkan
dengan ijin Allah kedua mahluk ini tidak akan hancur hingga hari kiamat.
8.
Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang abadi sementara kehidupan di dunia ini
adalah kehidupan yang semetara dan tidak kekal.
9.
Setiap orang yang cerdas dia harus beramal untuk menyelamatkan dirinya karena
hakekat kehidupan yang sebenarnya adalah ketika seseorang menggunakan usianya
dalam rangka ta'at kepada Allah.
Demikianlah
yang dapat disampaikan pada kajian kali ini, semoga bermanfaat.
Wallahu
waliyut taufiq
✏Al Ustadz Junaid Ibrahim Iha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar