Selasa, 05 Februari 2019

Pelajaran Aqidah



- Berkata al-imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah dalam kitabnya Lum'atul I'tiqod:

وَيَجِبَ اَلْإِيمَانُ بِكُلِّ مَا أَخْبَرَ بِهِ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَصَحَّ بِهِ اَلنَّقْلُ عَنْهُ فِيمَا شَاهَدْنَاهُ, أَوْ غَابَ عَنَّا, نَعْلَمُ أَنَّهُ حَقٌّ وَصِدْقٌ, وَسَوَاءٌ فِي ذَلِكَ مَا عَقِلْنَاهُ وَجَهِلْنَاهُ, وَلَمْ نَطَّلِعْ عَلَى حَقِيقَةِ مَعْنَاهُ, مِثْلَ حَدِيثِ اَلْإِسْرَاءِ وَالْمِعْرَاجِ وَكَانَ يَقَظَةً لَا مَنَامًا, فَإِنَّ قُرَيْشًا أَنْكَرَتُهُ وَأَكْبَرَتَهُ, وَلَمْ تُنْكِرْ اَلْمَنَامَاتِ

Wajib mengimani semua kabar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah shahih sanadnya baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui. Kita yakin bahwa ia benar dan jujur, sama saja akal kita bisa mencernanya atau tidak. Kita tidak memaksa diri mengetahui hakikat maknanya. Seperti hadits Isra-Mi’raj adalah dalam keadaan sadar bukan mimpi, karena orang-orang Quraisy mengingkarinya dan mengganggapnya mustahil tetapi tidak mengingkari mimpi-mimpi.
وَمِنْ ذَلِكَ أَنَّ مَلَكَ اَلْمَوْتِ لَمَّا جَاءَ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِ اَلسَّلَامُ لِيَقْبِضَ رُوحِهِ لَطَمَهُ فَفَقَأَ عَيْنَهُ, فَرَجَعَ إِلَى رَبِّهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ عَيْنَهُ.

Termasuk pula adalah Malaikat Maut ketika mendatangi Musa ‘alaihissalam untuk mencabut nyawanya memukulnya hingga tercongkel mata malaikat tersebut. Lalu ia kembali kepada Rabb-nya sehingga matanya disembuhkan.” (HR. Al-Bukhari no. 1339 dan Muslim no. 2372)
وَمِنْ ذَلِكَ أَشْرَاطُ السَّاعَةِ مِثْلُ خُرُوجِ الدَّجَّالِ، وَنُزُولِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَيَقْتُلُهُ، وَخُرُوجِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَخُرُوجِ الدَّابَّةِ، وَطُلُوعِ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَأَشْبَاهِ ذَلِكَ مِمَّا صَحَّ بِهِ النَّقْلُ
Di antaranya pula adalah tanda-tanda hari Kiamat, seperti munculnya Dajjal, turunya ‘Isa bin Maryam ‘alaihissalam lalu membunuhnya, keluarnya Yajuj dan Majuj, keluarnya Dabbah, Terbitnya matahari dari arah barat, dan yang semisalnya dari kabar yang shahih periwayatannya.
وَعَذَابُ الْقَبْرِ وَنَعِيمُهُ حَقٌّ، وَقَدْ اسْتَعَاذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُ، وَأَمَرَ بِهِ فِي كُلِّ صَلَاةٍ.
Begitu juga siksa kubur dan nikmat kubur adalah benar adanya. Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berlindung darinya dan memerintahkan itu di setiap shalat.
وَفِتْنَةُ الْقَبْرِ حَقٌّ، وَسُؤَالُ مُنْكَرٍ وَنَكِيرٍ حَقٌّ، وَالْبَعْثُ بَعْدَ الْمَوْتِ حَقٌّ، وَذَلِكَ حِينَ يَنْفُخُ إِسْرَافِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي الصُّورِ: {وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ} [يس : ٥١]
Fitnah kubuh benar adanya. Pertanyaan Munkar dan Nakir benar adanya. Kebangkitan setelah mati benar adanya, yaitu ketika Israfil ‘alaihissalam meniup sangkakala, “Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” (Qs Yasin: 51)
وَيُحْشُرُ اَلنَّاسُ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً بِهِمَا, فَيَقِفُونَ فِي مَوْقِفِ اَلْقِيَامَةِ, حَتَّى يَشْفَعَ فِيهِمْ نَبِيُّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم

Manusia dihimpun pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, tidak berkhitan, dan tanpa membawa apa-apa. Mereka terhenti di tempat pemberhentian Kiamat hingga Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi syafaat.
وَيُحَاسِبَهُمْ اَللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى, وَتُنْصَبُ اَلْمَوَازِينُ, وَتُنْشُرُ اَلدَّوَاوِينُ, وَتَتَطَايَرُ صَحَائِفُ اَلْأَعْمَالِ إِلَى اَلْإِيمَانِ وَالشَّمَائِلِ: {فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ * فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا * وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا * وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ * فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا * وَيَصْلَى سَعِيرًا} (الانشقاق: ٧-١٢)
Allah tabaraka wa ta’ala menghisab dan diletakkan mizan (timbangan-timbangan). Buku catatan dihamparkan dan catatan amal diserahkan ke tangan kanan dan tangan kiri, “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: ‘Celakalah aku.’ Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (Qs Al-Insyiqoq: 7-12)
والميزان له كفتان ولسان توزن به الأعمال: {فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ} (المؤمنون: ١٠٢-١٠٣)
Mizan memiliki dua daun timbangan dan lisan untuk menimbang amal perbuatan. “Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (Qs al-Mu'minun: 102-103)
وَلِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم حَوْضٌ فِي اَلْقِيَامَةِ, مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنْ اَللَّبَنِ, وَأَحْلَى مِنْ اَلْعَسَلِ, وَأَبَارِيقُهُ عَدَدُ نُجُومِ اَلسَّمَاءِ, مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شَرْبَةً لَمْ يَظْمَأْ بَعْدَهَا أَبَدًا
Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki telaga pada hari Kiamat yang airnya sangat putih melebihi susu dan sangat manis melebihi madu. Gayung-gayungnya sejumlah bintang-bintang di langit. Siapa yang minum darinya tidak akan haus selama-lamanya setelah itu. (HR. Al-Bukhari no. 6583 dan Muslim no. 2290-2291)
وَالصِّرَاطُ حَقٌّ, يَجُوزُهُ اَلْأَبْرَارُ, وَيَزِلُّ عَنْهُ اَلْفُجَّارُ
Shirat (jembatan yang membentang di punggung neraka menuju surga) benar adanya yang akan dilewati oleh orang-orang baik, sementara orang-orang pendosa akan terpleset.
وَيَشْفَعُ نَبِيُّنَا صلى الله عليه وسلم فِيمَنْ دَخَلَ اَلنَّارَ مِنْ أُمَّتِهِ مِنْ أَهْلِ اَلْكَبَائِرِ, فَيَخْرُجُونَ بِشَفَاعَتِهِ بَعْدَمَا اِحْتَرَقُوا وَصَارُوا فَحْمًا وَحُمَمًا, فَيَدْخُلُونَ اَلْجَنَّةَ بِشَفَاعَتِهِ, وَلِسَائِرِ اَلْأَنْبِيَاءِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلَائِكَةِ شَفَاعَاتٌ قَالَ تَعَالَى : {يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ} [الأنبياء: 28] وَلَا تَنْفَعُ اَلْكَافِرَ شَفَاعَةُ اَلشَّافِعِينَ
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memberi syafaat kepada orang yang masuk neraka dari umatnya pelaku dosa besar. Mereka keluar dengan syafaat beliau setelah terbakar dan menjadi berasap serta menghitam. Lalu mereka masuk surga dengan syafaat beliau. Seluruh para nabi, orang-orang beriman, dan para malaikat juga memiliki syafaat-syafaat. Dia ta’ala berfirman, “Dia mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (Qs al-Anbiya': 28) Dan orang-orang kafir tidak akan berlaku untuk mereka syafaat siapa pun yang memberi syafaat.
وَالْجَنَّةُ وَالنَّارُ مَخْلُوقَتَانِ لَا تَفْنَيَانِ فَالْجَنَّةُ مَأْوَى أَوْلِيَائِهِ, وَالنَّارُ عِقَابُ لِأَعْدَائِهِ, وأهل الجنة فيها مخلدون {إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي عَذَابِ جَهَنَّمَ خَالِدُونَ * لَا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ} [الزخرف: 74 - 75]
Surga dan neraka adalah dua makhluk yang tidak akan punah. Surga adalah tempat wali-wali-Nya dan neraka adalah sika bagi musuh-musuh-Nya. Penduduk surga kekal di dalamnya dan “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahanam. Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa.” (Qs Az-Zukhruf: 74-75)
وَيُؤْتَى بِالْمَوْتِ فِي صُورَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ, فَيُذْبَحُ بَيْنَ اَلْجَنَّةِ وَالنَّارِ, ثُمَّ يُقَالُ: «يَا أَهْلَ اَلْجَنَّةِ خُلُودٌ وَلَا مَوْتَ, وَيَا أَهْلَ اَلنَّارِ خُلُودٌ وَلَا مَوْتَ»
Kematian akan didatangkan dalam rupa kambing gibas bertanduk. Lalu disembelih di antara surga dan neraka. Kemudian dikatakan, “Wahai penduduk surga kekallah dan tidak ada kematian. Wahai penduduk neraka kekallah dan tidak ada kematian.” [HR. Al-Bukhari no. 6544]
- Penjelasan Singkat:
1. Setiap apa yang diberitakan secara shohih dari Rasulullah adalah benar adanya, baik yang dapat dijangkau oleh akal maupun tidak. Ali bin Abi Tholib radhiyallahu 'anhu berkata:
لَوْ كَانَ اَلدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ اَلْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ (أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ حَسَن)
"Jikalau agama itu cukup dengan pikiran maka bagian bawah sepatu lebih utama untuk diusap daripada bagian atas Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusap punggung kedua sepatunya" (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad hasan)
2. Agama ini adalah wahyu yang harus diimani dan dibenarkan tanpa menimbangnya dengan akal, karena akal manusia terbatas dan pendek sehingga banyak perkara yang tidak mampu dijangkau oleh akal. Sebab itu kecerdasan akal harus diukur dengan wahyu bukan sebaliknya.
3. Salah satu faktor tersesatnya manusia adalah karena mereka mendahulukan akal dari wahyu, padahal kewajiban kita ketika berhadapan dengan wahyu adalah menerima dan membenarkan. Imam Az-Zuhri berkata:
مِنَ اللهِ الرِّسالَةُ وَ عَلى رسولِ اللهِ البَلَاغُ وَ عَلَيْنَا التَّسْلِيْمُ
"Agama ini datangnya dari Allah, dan kewajiban Rasulullah hanya menyampaikan, adapun kewajiban kita adalah menerima". (Shohih Bukhari no 7530)
4. Diantara perkara ghoib yang wajib diimani adalah adanya siksa dan nikmat kubur. Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda:
اِسْتَنْزِهُوا مِنْ اَلْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْهُ (رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيّ)
"Sucikanlah dirimu dari air kencing karena kebanyakan siksa kubur itu berasal darinya." (Riwayat Daruquthni)
5. Pada hari kiamat ada sejumlah peristiwa yang terjadi secara hakiki bukan kiasan, seperti adanya mizan, shiroth, syafaat yang diberikan oleh nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dan lainnya dari perkara yang telah disebutkan dalam hadits-hadits yang shohih.
6. Seorang muslim yang tidak melakukan hal-hal yang membatalkan keislamannya jika dia masukan neraka maka tidak akan kekal didalamnya karena akan mendapatkan syafa'at dari nabi sehingga keluar dari neraka dengan ijin Allah Ta'ala. Allah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat sejauh-jauh kesesatan." (Qs An-Nisa : Ayat 116)
7. Surga dan Neraka adalah dua mahluk Allah yang telah Allah ciptakan, bahkan dengan ijin Allah kedua mahluk ini tidak akan hancur hingga hari kiamat.
8. Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang abadi sementara kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang semetara dan tidak kekal.
9. Setiap orang yang cerdas dia harus beramal untuk menyelamatkan dirinya karena hakekat kehidupan yang sebenarnya adalah ketika seseorang menggunakan usianya dalam rangka ta'at kepada Allah.


Demikianlah yang dapat disampaikan pada kajian kali ini, semoga bermanfaat.
Wallahu waliyut taufiq
Al Ustadz Junaid Ibrahim Iha 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar