Kamis, 20 Desember 2018

Kajian Hadits; Larangan Banyak Melaknat


  بسم الله الرحمن الرحيم

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَ أَحْسِنْ إِلَى مَنْ أسَاءَ إِلَيْكَ وَ قُلِ الْحَقَّ وَلَوْ عَلَى نَفْسِكَ

"Sambunglah persaudaraan dengan orang yang memutuskannya denganmu, berbuat baiklah terhadap orang yang berbuat buruk kepadamu dan katakanlah yang haq walaupun merugikan dirimu sendiri." (HR. Ibnu an-Najjar)

Faedah Hadits:


Pertama: Agama islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan menjaga hubungan baik diantara sesama terlebih lagi terhadap karib kerabat.

Allah Ta'ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
(QS. Al-Hujurat:10)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

"Janganlah kalian saling membenci, janganlah saling mendengki dan janganlah kalian saling membelakangi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam." (HR. Bukhari)

Bahkan untuk terealisasi dan terlestarinya hubungan baik diantara sesama, maka islam sangat mewanti-wanti dari menyakiti orang lain baik dilakukan dengan lisan maupun dengan anggota tubuh yang lainnya, baik berupa celaan, cacian atau penipuan yang menyebabkan kerugian pada pihak orang lain maupun penganiayaan dan yang semisalnya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ

"Orang islam yang baikadalah orang yang orang islam lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya." (HR. Bukhari)

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَ قِتَالُهُ كُفْرٌ 

"Mencaci orang islam adalah tindakan kefasikan, dan membunuhnya adalah tindakan kekufuran." (HR. Bukhari)

Kedua: Islam adalah agama yang sangat menjaga kejujuran dan memelihara keadilan dalam setiap hal maskipun terhadap diri sendiri. Islam sangat jauh dari sikap bohong dan curang, karena sikap yang demikian dapat merugikan orang lain dan tentunya hal ini bertentangan dengan kesucian dan kelurusan islam. Allah Ta'ala berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaaf: 18)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari)

Terkadang seseorang tidak pandai memanfaatkan lisannya sehingga dia berucap seenak perutnya tanpa memikirkan akibat dari setiap ucapannya dan menganggap remeh yang akhirnya dia harus menuai penyesalan di akhirat kelak.

Allah Ta'ala berfirman:

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela." (QS. Al-Humazah: 1)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

"Sesungguhnya hamba mengucapkan kalimat yang karenanya ia menempati neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Muslim)

نَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

"Sungguh seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang diridhai Allah, suatu kalimat yang ia tidak mempedulikannya, namun dengannya Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh, seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang dibenci oleh Allah, suatu kalimat yang ia tidak meperdulikannya, namun dengannya Allah melemparkannya ke dalam neraka." (HR. Bukhari)

Bahkan islam menganggap suatu tindakan penipuan sebagai perbuatan dosa besar. Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا

"Barangsiapa menipu maka dia bukan golongan kami." (HR. Tirmidzi)

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

"Tanda-tanda munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat." (HR. Bukhari)


Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Wabillahi Taufiq

Oleh: Al- Ustadz Junaid Ibrahim Iha hafizhahullah






Selasa, 18 Desember 2018

Sebab Dilapangkan Rezeki dan Diturunkannya Hujan serta Berkah

بسم الله الرحمن الرحيم

Sesungguhnya diantara seutama-utamanya sebab diberikan berkah, rahmat dan diturunkan hujan serta diluaskan rezeki adalah:

1. Beriman kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96)

▪قال ابن كثير رحمه الله: أي: آمنت قلوبهم بما جاء به الرسل، وصدقت به، وابتغوه، واتقوه بفعل الطاعات، وترك المحرمات،( لفتحنا عليهم بركات من السماء والأرض) أي: قطر السماء، ونبات الأرض. أهـ.

"Berkata Ibnu Katsir rahimahullah, yaitu: Hati mereka beriman kepada apa yang dibawah oleh para rasul, membenarkan dan sangat menginginkannya serta bertakwa dengan melakukan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan hal-hal yang haram, (adapun firman Allah "niscaya Kami akan membukakan kepada meraka berkah dari langit dan bumi" yaitu: Turunnya hujan dari langit dan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan di bumi)."

Allah Ta'ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ * مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ * إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)


2. Berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Allah Ta'ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْأِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ

"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka." (QS. Al-Ma'idah: 66)

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:

يعني بذلك كثرة الرزق النازل عليهم من السماء، والنبات لهم من الأرض.

Yakni dengan demikian maka rezeki yang melimpah turun dari langit kepada mereka dan tumbuh suburnya tanaman dari bumi untuk mereka.


3. Senantiasa beristigfar dan bertaubat dari dosa

Allah Ta'ala berfirman tatkala mengabarkan tentang nabi Hud 'alaihis salam :

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ 

"Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QٍS. Hud: 52)

Allah Ta'ala juga berfirman ketika mengabarkan tentang perintah Nuh kepada kaumnya:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً * وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَاراً

"Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. Nuh: 10-12)

Dengan demikian amatlah patut bagi kita untuk merenungi ucapan sebagian salaf yang mengatakan bahwa: "Allah tidak merubah keadaan suatu kaum dengan pedang akan tetapi Allah merubah keadaan mereka dengan taubat dan istigfar."

Wallahu Waliyut Taufiq

Oleh: Al- Ustadz Junaid Ibrahim Iha hafizhahullah





Minggu, 02 Desember 2018

Edisi fiqih : "Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Wudhu"


• Kaifiah/tata cara berwudhu

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : لو لا أن أسق على أمتي لأمرتهم بالسواك مع كل وضوء

"Kalaulah tidak memberatkan ummatku niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) setiap kali akan berwudhu." (HR. Malik, An-Nasa-i, dishohihkan Ibnu Khuzaimah dan disebutkan oleh Bukhari secara mu'allaq)

عن حمران : أن عثمان دعا بوضوء فغسل كفيه ثلاث مرات ، ثم تمضمض ، واستنشق و استنثر ، ثم غسل وجهه ثلاث مرات ، ثم غسل يده اليمنى إلى المرفق ثلاث مرات ، ثم اليسرى مثل ذالك ،ثم مسح برأسه ، ثم غسل رجله اليمنى إلى الكعبين ثلاث مرات ، ثم اليسرى مثل ذالك ، ثم قال : رأيت رسول الله توضأ نحو وضوء هذا

"Dari Humran, bahwa Utsman meminta dibawakan air wudhu. Lalu beliau kedua telapak tangannya tiga kali, lalu berkumur-kumur, memasukan air kehidung dan mengeluarkannya, kemudian mencuci wajah tiga kali, kemudian mencuci tangan kanan sampai siku tiga kali, kemudian yang kiri seperti itu juga, kemudian mengusap kepalanya, kemudian mencuci kakinya yang kanan sampai mata kaki tiga kali, kemudian yang kiri seperti itu juga, kemudian beliau berkata: "Aku telah melihat Rasulullah berwudhu seperti wudhu yang aku lakukan ini."(Muttafaqun alaih)


Penjelasan singkat:
-------------------------------

Wudhu adalah merupakan syarat sahnya sholat, sebagaimana termaktub dalam hadits :

لا تقبل صلاة بغير طهور

"Tidak diterima sholat yang dikerjakan tanpa bersuci."(HR. Muslim)

Sehingga perlu kita memperhatikan dengan serius perkara-perkara yang berkaitan dengan wudhu. Diantaranya apa yang ditunjukan oleh hadits diatas yakni:
  1. Hadits yang pertama memberikan faedah anjuran untuk menggosok gigi setiap kali akan berwudhu.
      2. Bolehnya seorang guru memberikan pelajaran dengan cara mempraktekan langsung apa yang              akan disampaikannya karena dengan begitu akan lebih mudah dipahami dan diingat.

      3. Bolehnya membasuh sebagian anggota wudhu dengan jumlah tiga kali dan sebagian lainnya                satu atau dua kali. Misal ; membasuh wajah satu kali, lengan dua kali dan kaki tiga kali atau                yang semisalnya. Yang paling terpenting adalah air wudhu tersebut harus merata keseluruh                  anggota wudhu.

      4. Membasuh anggota wudhu dengan jumlah satu kali adalah wajib sebagaimana diisyaratkan                  dalam surat al-Maidah ayat yang ke enam tentang wudhu dimana dalam ayat tersebut tidak                  menyinggung tentang jumlah membasuh anggota wudhu, demikian pula Rasulullah dalam                  berwudhu terkadang membasuh anggota wudhunya satu kali satu kali dan terkadang dua kali              dua kali sebagaimana terdapat dalam sunan Tirmidzi, Nasa-i, Abu Daud dan yang lainnya.

      5.  Para ulama berbeda pendapat tentang batasan membasuh pada kaki dan lengan.  

Apakah siku dan mata kaki masuk dalam bagian yang dicuci sehingga boleh melebihinya atau itu adalah batasan yang tidak boleh melebihinya dalam berwudhu:

Pertama: Sebagian para ulama mengatakan siku dan mata kaki adalah batas terakhir, sehingga tdk boleh melampauinya dalam membasuh anggota tersebut. Mereka berdalil dgn konteks ayat yang mengatakan basuhlah kedua lenganmu sampai siku  dan kedua kakimu sampai mata kaki (surat al-Maaidah: 6) jadi kata sampai إلى menunjukan itulah batasannya, dan juga mereka berdalil dengan hadits hasan yang mengatakan bahwa Rasulullah berwudhu dengan membasuh anggota wudhunya sebanyak tiga kali dan diakhir dari wudhu tersebut beliau bersabda: "Barang siapa yang menambah atas ini maka dia telah durhaka." (Atau yang sebagaimana terdapat dalam hadits), maka mereka mengatakan menambah yang dimaksudkan disini adalah menambah dalam batasan anggota wudhu tersebut.

Kedua: Sebagian ulama mengatakan bolehnya membasuh melebihi batasan yang dimaksud, sehingga kata إلى (sampai) yang terdapat dalam ayat bukanlah menunjukan pembatasan. Mereka berdalil dengan atsar Abu Hurairah, ia mengatakan:

سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : إن أمتي يأتون يوم القيامة غرا محجلين من أثر الوضوء

"Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: "Sungguh ummatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya kedua lengan, kaki dan wajahnya karena bekas wudhu." (Muttafaqun 'alaih)

Ketika diakhir menyebutkan hadits ini Abu Hurairah menambahkan :

فمن استطاع منكم أن يطيل غرته فليفعل

"Maka barangsiapa diantara kalian yang mampu memanjangkan cahayanya maka hendaklah ia lakukan."

Maka rawi yang meriwayatkan hadits ini mengatakan dia melihat Abu Hurairah membasuh kakinya sampai pertengahan betis. Dengan demikian ini menunjukan tentang pemahaman hadits yang dipahami dan diterapkan oleh sahabat Abu Hurairah. Adapun hadits yang mengatakan: "Barangsiapa yang menambah atas ini maka dia telah durhaka", dipahami bahwa maksudnya bukan menambah batasan akan tetapi menambah jumlah, misal seseorang berwudhu dengan membasuh anggota wudhunya sebanyak empat atau lima kali, inilah yang dilarang dan termasuk bentuk kedurhakaan. Sehingga sebagian para ulama memakruhkannya.

Catatan :
--------------

-Adapun pada mengusap kepala tidak didapatkan riwayat yang menyebutkan lebih dari satu kali sehingga para ulama menetapkan mengusap kepala adalah satu kali saja tdk boleh dua atau tiga kali. Cara mengusap kepala adalah buka pada bagian ubun-ubunnya saja akan tetapi mengusap seluruh bagian kepala dengan dua telapak tangan yang terdapat bekas air wudhu, diusap dari bagian depan sampai tengkuk dan dikembalikan lagi kedepan.

Abdullah bin Zaid bin Ashim menceritakan sifat wudhu Nabi, lalu ia berkata :

بدأ بمقدم رأسه حتى ذهب بهما إلى قفاه ، ثم ردهما إلى المكان الذي بدأ منه

"Beliau memulai mengusap dari bagian depan kepalanya mengusap sampai bagian tengkuk kemudian dikembalikan lagi ke bagian depan(di tempat yang beliau memulai darinya)."(Muttafaqun alaih)

-Adapun telinga walau tidak disebutkan dalam ayat wudhu namun Nabi tidak pernah meninggalkannya dalam berwudhu, bahkan beliau bersabda :

 الأذنان من الرأس 

"Kedua telinga adalah bagian dari kepala." (HR. Tirmidzi)

Dengan demikian maka mengusap telinga sama hukumnya dengan mengusap kepala, bahkan dilakukan secara bersamaan yakni setelah kedua telapak tangan yang mengusap kepala itu kembali ke bagian ubun-ubun maka diturunkan untuk mengusap telinga dengan cara ibu jari kanan dan kiri membersihkan bagian luar daun telingan kanan dan kiri sedang jari telujuk kanan dan kiri membersihkan bagian dalam daun telingan kanan dan kiri.

Demikianlah kajian kita kali ini.  Wallahu Waliyu Taufiq.

Penulis: Al- Ustadz Junaid Ibrahim Iha hafizhahullah


Sabtu, 24 November 2018

"Penjelasan Singkat Terkait: Hadits Larangan Memasang Wallpaper Pada Dinding"


Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bercerita, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam pernah berangkat safar untuk berperang. Kemudian aku mengambil kain yang kupasang menutupi dinding pintu. Ketika beliau pulang, beliau melihat  kain itu, dan nampak beliau tidak menyukainya. Kemudian beliau menariknya dan melepasnya, dan bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَأْمُرْنَا أَنْ نَكْسُوَ الْحِجَارَةَ وَالطِّينَ

“Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kita untuk menutupi dinding dengan kain.” (HR. Muslim 5642)"

➡Yang dipahami para ulama, larangan ini sifatnya makruh dan tidak haram. Diantarannya An-Nawawi rahimahullah. Beliau mengatakan:

فاستدلوا به على أنه يمنع من ستر الحيطان وتنجيد البيوت بالثياب وهومنع كراهة تنزيه لاتحريم هذا هو الصحيح

"Para ulama berdalil bahwa dilarang menutupi tembok atau menghiasinya dengan kain. Dan larangan ini sifatnya makruh, tidak sampai haram. Inilah pendapat yang benar." (Syarh Shahih Muslim: 14/86).

ASy-Syaekh Ibnu Baz rahimahullah berkata:

ترك تلبيس الجدر بالستر أولى وأفضل؛ لحديث: (إنا لم نؤمر عن أن نغطي الجدر) لكن ليس فيه محذور ليس بمحرم لأنه لم ينهى عنه فيما علمنا، وإنما ذلك جائز وتركه أفضل، فلا حرج في ذلك إذا جعله إما للزينة وإما لترك الغبار وإما لأسباب أخرى لا حرج في ذلك إن شاء الله، لكن تركه أولى.

"Tidak menutupi dinding dengan wallpaper, lebih baik dan lebih afdhal. Mengingat hadis, ‘Kita tidak diperintahkan untuk menutup dinding.’ Hanya saja, ini tidak dilarang dan tidak haram. Karena menutup dinding tidak dilarang menurut yang saya tahu. Ini boleh, sekalipun meninggalkannya lebih afdhal. Sehingga tidak masalah jika ada yang memasang untuk hiasan atau menutup debu atau karena alasan lainnnya. Meskipun tidak ditutup lebih afdhal." (Lihat: http://www.binbaz.org.sa/noor/113).

~Wallahu Waliyut Taufiq







Kamis, 08 November 2018

"Pertemanan"


بسم الله الرحمن الرحيم

Ketika kita berbicara tentang pertemanan maka sungguh islam telah memberikan sejumlah batasan dan ketentuan akan hal tersebut. 

Sebagai kesempurnaan dan kelengkapan syari'at islam, maka Allah Azza wa Jalla telah meletakkan batasan-batasan dalam pertemanan, terlebih lagi hal ini berkaitan dengan cinta dan benci dalam sebuah pergaulan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

مثل الجليس الصالح و الجليس السوء كحامل المسك و نافخ الكير 

"Perumpamaan teman yang shalih/baik dan teman yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi." (HR Bukhari no. 5534, Muslim no. 2628)

Lihatlah! 
Bagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam mempermisalkan teman yang baik dan teman yang buruk dengan seorang penjualan minyak wangi dan seorang pandai besi, dimana pandai besi akan memberikan efek yang buruk jika engkau mendekat kepadanya yaitu apakah percikan apinya akan membakar pakaianmu atau engkau akan mendapatkan bau yang tidak sedap. Adapun seorang penjual minyak wangi akan memberikan efek yang positif kepadamu berupa engkau bisa membeli darinya minyak wangi atau engkau akan sekedar mendapatkan bau yang harum, sebagaimana dijelaskan pada penggalan hadits yang selanjutnya.

الرجل على دين خليله ، فلينظر أحدكم من يخالل

"Keadaan (agama) seseorang berada pada agama temannya, maka hendaklah dia memperhatikan siapa temannya/khalilnya." (HR. Ahmad, Tirmidzi no 2378, Abu Dawud no 4833)

Sahal bin Sa'ad berkata:
المؤمن مألفة ، و لا خير فيمن لا يألف و لا يؤلف

"Seorang mukmin adalah orang yang bergaul dengan lembut (mempersatukan/bersatu), tidak ada kebaikan pada orang yang tidak bersatu dan tidak dapat dipersatukan." (Riwayat Ahmad dengan sanad yang layin/lemah).

Terdapat dalam sebuah hadits yang dho'if:

يكون في آخر الزمان أقوام : إخوان العلانية ، أعداء السريرة

"Akan ada pada akhir zaman kaum yang nampak secara zhohir persaudaraannya akan tetapi pada bathinnya ada permusuhan." (HR. Ahmad)

Setelah memperhatikan atsar-atsar yang kami sebutkan maka nampaklah bagi kita untuk menjaga dan bersikap hati-hati dalam memilih pertemanan, dikarenakan teman itu dapat memberikan efek yang positif maupun efek yang negatif dan hal ini akan sangat berpengaruh pada perjalanan seseorang, terlebih lagi dizaman yang penuh dengan fitnah ini, dimana seseorang tidak dapat membedakan mana teman yang sejati dan mana teman yang penuh dengan sepak terjang. 

Pertemanan tidak saja berefek pada perkembangan perjalanan seseorang didunia akan tetapi lebih dari itu akan sangat berpengaruh pada nasib seseorang di akhirat kelak.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda: 

الأرواح جنود مجندة ، فما تعارف منها ائتلف ، و ما تناكر منها اختلف

"Ruh-ruh manusia diakhirat akan berkelompok, maka mereka yang saling mengenal akan berkumpul dan yang tidak saling kenal akan berpisah/berselisih." (HR. Bukhari secara Mu'allaq, Muslim no 6650)

الأخلاء يومئذ بعضهم لبعض عدو إلا المتقين

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa." (QS. Az-Zukhruf: 67)

As-Syaekh Utsman As-Salimi pada muhadhorah beliau di masjid Jami'ul Khair yang kami dengar secara langsung beliau ketika menjelaskan ayat ini beliau berkata: "Yang demikian ini terjadi permusuhan diantara mereka disebabkan sebagian dari mereka mengingkari sebagian lainnya karena dulunya teman-teman tersebut tidak mengajak mereka untuk taqwa kepada Allah namun mengajak mereka untuk durhaka terhadap Allah Azza wa Jalla, sebagaimana firman Allah:

إذ تبرأ الذين ٱتبعوٱ من الذين ٱتبعوٱ ورأوٱ ٱلعذاب وتقطعت بهم الأسباب

"Ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang mengikutinya, dan mereka melihat siksa dan ketika segala hubungan diantara mereka terputus sama sekali." (QS. Al-Baqarah: 166)

Demikianlah pembahasan kita pada kesempatan ini. Kami tutup dengan menukil sebuah atsar berikut,

Al-Ma'mun berkata:

الإخوان على ثلاث تبقات:

١. إخوان كلغذاء لا يستغني عنهم أبدا و هم إخوان الصفاء

٢. إخوان كدواء يحتاج إليهم في بعض الأوقات و هم الفقهاء

٣. إخوان كداء لا يحتاخ إليهم أبدا و هم أهل الملق و النفاق لا خير فيهم

"Persaudaraan/pertemanan itu berada pada tiga tingkatan: Pertama, Teman yang diibaratkan seperti makanan bergizi, dia tidak membutuhkan mereka selamanya dan mereka adalah ikhwan yang baik (cerah). Kedua, Ikhwan yang diibaratkan seperti obat, maka dia membutuhkan mereka pada sebagian waktu mereka adalah para fuqoha. Ketiga, Ikhwan yang diibaratkan seperti racun dia tidak membutuhkan mereka selamanya, mereka adalah Al-Malq (org yang banyak bicara yang tidak sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya) dan orang munafiq, teman-teman seperti ini tidak ada kebaikan pada mereka." (Lihat adab Asy-Syar'iyah jilid 4, hal 219)

Demikianlah catatan ini kami tulis setelah menghadiri muhadharah Syaekh Utsman As-Salimi hafizhahullah, pada hari jum'at antara magrib dan isya, pada 29/ Rabi'ul Awal / 1435 H bertepatan dengan 31/ Januari / 2014 M.

Semoga bermanfaat, Wallahu Waliyut Taufiq

---

Catatan ini kami buat dengan merujuk pada kitab Adabu Syar'iyah jilid 4 hal 213-219 cetakan Muassasatur Risalah dengan tahqiq Syaekh Syu'aib al-Arna'uth. Bagi yang ingin menambah wawasan silahkan merujuk pada kitab tersebut.-

Al- Ustadz Junaid Ibrahim Iha




Jumat, 26 Oktober 2018

Al-Wala' Wal Bara'


Berkata Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, dalam kitab beliau Tsalatsatul Ushul, "Diantara permasalahan yang wajib  dipelajari, diketahui dan diamalkan  oleh setiap muslim dan muslimah, adalah:

ان من اطاع الرسول ووحد الله لا يجوز له موالاة من حاد الله ورسوله ولو كان اقرب قريب

‘Barang siapa yang menaati Rasul dan mentauhidkan Allah, maka dia tidak boleh bersikap loyal kepada orang yang memusuhi Allah dan RasulNya, meskipun dia adalah kerabat yang paling dekat.”

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

لَّا تَجِدُ قَوۡمٗا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٖ مِّنۡهُۖ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٢٢  

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling kasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari padaNya. Dan Dia masukkan mereka kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha kepada mereka dan merekapun merasa puas terhadap limpahan rahmatNya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al Mujadalah: 22)


PENJELASAN SINGKAT:

Hal ini menunjukkan suatu kaidah yang sangat mulia. Kaidah yang agung, yang merupakan prinsip islam. Yakni wajib adanya Al Wala' wal Bara' (prinsip loyalitas dan berlepas diri). Ia merupakan ciri orang beriman. 

Orang yang beriman tidak boleh menjadikan musuh-musuh Allah sebagai teman setia, sebagai pelindung, dan seterusnya. Sebab barang siapa yang loyal dalam permasalahan agama kepada orang-orang kafir, maka ia dihukumi sama dengan mereka, mereka disebutkan Allah dalam ayatnya (QS. Al-Maidah: 51) sebagai kaum yang dzolim yang Allah tidak memberi hidayah kepadanya.

Maka prinsip Al Wala' wal Bara' ini dibangun semata-mata dan mutlak hanya kepada dan karena Allah dan RasulNya saja. 

Wala' kepada orang-orang yang menaati Allah dan RasulNya, dan orang-orang yang berjalan diatas atsar dan jalannya salafush sholih. Kemudian, bara' kepada mereka yang menetang Allah, kepada musuh-musuh Allah, kepada mereka yang menyimpang dari Al-Haq. Demikianlah  wala' wal bara' sesungguhnya. Batasan Wala' wal bara',  bukanlah karena se- partai, atau karena se-kelompok, atau karena se-golongan, atau karena keluarga, dan seterusnya. 

Sehingga, amat sangat disayangkan manakala seseorang menyalah artikan prinsip yang agung ini. Hinggapun, wala' wal bara'nya bukan lagi kepada dan karena Allah, melainkan karena organisasinya, melainkan kepada kelompoknya.

Maka, dalam permasalahan ini  cukuplah Nabi Ibrahim sebagai suri tauladan bagi kita. Nabi Ibrahim, seorang yang Allah telah jadikan  sebagai kekasihNya, seorang yang berpegang teguh pada prinsip Al wala' wal bara' ini. Dan  yang menjadi tolak ukur baginya adalah aqidah dan agama, bukan selainnya.

Maka, prinsip wala wal bara' ini harus tegas dan nampak. Bukan hanya kepada orang-orang kafir, namun pada setiap orang yang menyelisi Al-Qur'an dan sunnah dengan pemahaman yang benar.

-Wallahu A'lam-

(Disadur dan diringkas dari: Kajian kitab Tsalatsatul Ushul fii Ma'had daarul Hadits Jayapura, sabtu- 19/09/2015, oleh Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha hafizhahullah).



Senin, 22 Oktober 2018

Andai Kita Merenung

Andai kita boleh sama-sama merenung, maka marilah kita merenungi masalah yang kami cantumkan berikut ini:

Banyak impian yang terlintas namun semuanya sulit dicapai, terlepaslah harapan demi harapan jika yang ada hanya harapan tanpa amalan.

Jika boleh aku berkata, tinggalkanlah sesuatu yang tak mungkin digapai lagi.

Sungguh engkau mencari kebenaran pada tempat yang salah andai engkau tidak punya keberanian.

Barangsiapa yang melangkah maju satu langkah, sungguh dia telah mendapatkan satu kesempatan.

Kecerdasan dapat membuat seseorang bisa menundukan dunia, namun sayangnya kebanyakan manusia tersenyum ataupun tertawa karena apa yang keluar dari lisan seseorang.

Padahal lisan adalah pedang bermata dua, jika seseorang menggunakannya untuk kebaikan maka dia akan menjadi nikmat, namun jika seseorang menggunakannya untuk keburukan maka dia akan menjadi bencana.

Sebagian ahli hikmah berkata: "Jika lisanmu baik maka kebaikan yang kan engkau dapat, namun jika lisanmu buruk maka keburukanlah yang kan engkau tuai."

Ingatlah ! Setiap apa yang diucapkan oleh seorang hamba, akan dicatat dan ditampakkan pada hari kiamat.

Allah Ta'ala berfirman:

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ . كِرَامًا كَاتِبِينَ . يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ

"Sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi, yang mulia (disisi Allah) yang mencatat (amalan-amalanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Infithar: 10)

Bahkan tidakkah kita mengetahui bahwa Allah mempunyai para malaikat yang senantiasa saling bergantian mengunjungi dan menjaga hamba-hambaNya?

Rasulullah ﷺ bersabda :

يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ

"Para Malaikat malam dan Malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul saat shalat Fajar (Subuh) dan 'Ashar. Kemudian Malaikat yang menjaga kalian naik ke atas hingga Allah Ta'ala bertanya kepada mereka, dan Allah lebih mengetahui keadaan mereka (para hamba-Nya): 'Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hambaKu? ' Para Malaikat menjawab: 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang mendirikan shalat. Begitu juga saat kami mendatangi mereka, mereka sedang mendirikan shalat'." (HR. Bukhari)

Allah Ta'ala mengabarkan keadaan hari kiamat tatkala manusia merasa kaget disaat seluruh amalan mereka ditampakan dan tidak seorangpun dizholimi pada hari itu.

Allah Ta'ala berfirman :

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

"Dan (ketika) diletakkan kitab (catatan amal perbuatan), lalu kamu melihat orang-orang yang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) padanya, dan mereka berkata: "Aduhai celakalah kami kitab apakah(ini) yang tidak meninggalkan (perkara) yang kecil maupun yang besar, melainkan ia mencatat semuanya. Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan (tertulis) padanya. Dan Rabbmu tidak menzholimi seorangpun." (QS. Al-Kahfi: 49)

Saudaraku!
Tidaklah setiap apa yang keluar dari lisan seseorang kecuali dihadapannya ada dia malaikat yang mencatatnya.

Asy-Syaekh Sholih Fauzan berkata:

من جملة الكبائر ما يصدر عن الإنسان من الكلام الذي يتساهل فيه كثير من الناس ، و يظنون أنه قد قيل و انتهى ، و ليس الأمر كذالك ....

"Diantara sejumlah dosa besar yang terjadi pada manusia adalah sebab ucapan yang kebanyakan manusia bermudah-mudah terhadapnya(menggampang-gampangkan), dan mereka menyangka bahwa masalahnya hanya sekedar diucapkan terus selesai, padahal tidak demikian ... (sampai pada ucapan beliau ucapan itu bisa menjadi kebaikan atau bisa menjadi bencana bagimu)." (Lihat Syarh Al-Kaba'ir syaekh Muhammad bin Abdul Wahhab oleh syaekh Sholih Fauzan)

Saudaraku!
Jika kita telah mengetaui bahwa lisan adalah pisau yang bermata dua maka tentunya kita harus berhati-hati dalam bermain-main dengan pisau tersebut agar tidak tersayat karena salah memegangnya.

Wallahu Waliyut Taufiq

✏Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha hafizhahullah


Selasa, 16 Oktober 2018

Bersahaja Dan Bersikap Zuhud

بسم الله الرحمن الرحيم

Sesungguhnya cinta pada dunia merupakan salah satu penyebab kerasnya hati dan rintangan di jalan Allah Ta’ala. Sedangkan sikap zuhud terhadap kehidupan dunia adalah penyebab kelembutan dan kekhusyu'an hati.

Karenya berhati-hatilah dengan sikap bersenang-senang dan memperbanyak harta di dunia. Perbanyaklah melatih diri dan jiwa untuk zuhud, bacalah buku-buku yang menganjurkan kepada semua hal tersebut. Perhatikanlah petunjuk Nabi dalam hal zuhud dan pelajarilah manhajnya dalam menjalani hidup penuh kesederhanaan, baik dalam sikap makan, minum dan berpakaian serta kesederhanaan dalam perabotan rumah tangga.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan:

 مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ طَعَامٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ حَتَّى قُبِضَ

“Keluarga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam tidak pernah kenyang dengan makanan selama tiga hari, hingga beliau wafat.” (HR. Bukhari 4955)

Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:

مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِينَةَ مِنْ طَعَامِ بُرٍّ ثَلَاثَ لَيَالٍ تِبَاعًا حَتَّى قُبِضَ

“Keluarga Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa Sallam sejak tiba di Madinah tidak pernah kenyang makanan gandum selama tiga hari berturut-turut hingga beliau wafat.” (HR. Muslim: 5274)

Suatu ketika Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah berkata kepada ‘Urwah: “Wahai keponakanku, sungguh kami melihat tiga kali bulan sabit dalam dua bulan, dan selama itu api tidak pernah dinyalakan di rumah-rumah Rasulullah”. Lalu aku (‘Urwah) berkata: “Apa yang kalian makan untuk bertahan hidup?” Aisyah menjawab: “Al-Aswadaan yaitu kurma dan air, hanya saja Rasulullah mempunyai tetangga dari kaum Anshor yang menyimpan susu di rumah-rumah mereka dan memberikannya dari rumah-rumah mereka untuk kami minum.” (HR. Bukhari: 6459 dan Muslim: 2972)

Dan masih banyak lagi riwayat yang berkisah tentang makanan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam dan kesederhanaannya. Adapun dalam hal tempat tidur maka Aisyah radhiyallahu 'anha berkisah:

إِنَّمَا كَانَ فِرَاشُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَنَامُ عَلَيْهِ أَدَمًا حَشْوُهُ لِيفٌ

“Kasur Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam yang biasa beliau pergunakan untuk tidur adalah terbuat dari kulit yang isinya sabut pohon kurma.” (HR. Muslim: 3883)

Suatu ketika Rasulullah menepuk pundak Ibnu Umar, seraya bersabda:

 كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

“Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara.” (HR. Bukhari: 5937)

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata:

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

“Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (Riwayat Bukhari: 5937)

Wahai saudaraku !
Marilah kita jalani hidup ini seperti layaknya orang asing dan para pengembara, baik dalam hal perilaku, makan, minum dan tempat tinggal. Hendaklah kita selalu memperhatikan agar bisa sampai ke tempat kembali yang sesungguhnya. Dan hendaklah kita beramal shalih seolah-olah kita melihat hari kiamat dengan mata kita sendiri, kita memanfaatkan waktu sehat sebelum datang sakit, kita isi waktu-waktu kita dengan ibadah dan ketaatan, kita manfaatkan hidup ini agar selamat dari hal-hal yang menakutkan yang akan terjadi setelah kematian.

Sebagaimana kehidupan orang-orang shalih sebelum kita, mereka telah mengorbankan tenaga, waktu, pikiran dan rela hidup sederhana demi menempuh jalan keselamatan, akhirat menjadi tujuan mereka. Mereka tidak menggunakan akhirat untuk meraih dunia, akan tetapi mereka menanggalkan dunia untuk akhiratnya.

Nasihat ini kutuliskan teruntuk diriku dan saudara-saudaraku sesama muslim, terutama kepada para da'i yang telah memutuskan dirinya menjadi pelopor yang selalu berada pada barisan terdepan dalam setiap kebaikan yang tentu dengan kadar kesanggupan masing-masing.

Wallahu Waliyut Taufiq

Penulis: Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha hafizhahullah


Kamis, 11 Oktober 2018

Perisai Dari Azab Allah


بسم الله الرحمن الحيم
ظهر الفساد في البر و البحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون

“Telah nyata dimuka bumi kerusakan di daratan dan di lautan sebagai akibat dari perbuatan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari apa yang mereka kerjakan, semoga dengan itu mereka kembali kepada kebenaran.” (QS. Ar-Rum: 41)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kerusakan itu adalah berkurangnya berkah karena ulah para hamba Allah, agar dengan demikian mereka mau bertaubat.” (Lihat tafsir Ibnu Abi Hatim)

Dengan memperhatikan ayat diatas dan penjelasan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, maka dapat kita pahami bahwa terkadang azab yang Allah turunkan kepada manusia itu berfungsi sebagai peringatan kepada manusia atas perbuatan mereka dengan maksud agar mereka kembali dari ketersesatan atau kezholiman mereka.

Dan diantara rahmat Allah Ta’ala adalah Allah memberikan kepada manusia jaminan keamanan dari azab-Nya sebagai bentuk perlindungan kepada mereka.

Allah Ta'ala berfirman:

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ يَسۡتَغۡفِرُونَ 

Dan Allah tidak menurunkan azab atas mereka sedangkan engkau ada ditengah-tengah mereka. Dan juga Allah tidak akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun kepada Allah.”  (QS. Al-Anfal: 33)

Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta’ala menegaskan bahwa terhalangnya azab kepada manusia, dengan dua sebab yakni:
1.     Keberadaan Rasulullah Shallallahu  'alaihi Wa Sallam ditengah-tengah mereka (ini terjadi tatkala Rasulullah Shallallahu  'alaihi Wa Sallam masih hidup).
2.     Senantiasa memohon ampunan kepada Allah Ta'ala.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

أنزل الله علي أمانين لأمتي وما كان الله معذبهم و هم يستغفرون فإذا مضيت تركت فيهم الإستغفارإلى يوم القيامة

Allah telah menurunkan kepadaku dua jaminan keamanan bagi ummatku; (1) Dan tidaklah Allah akan menyiksa mereka sedang engkau ada di tengah-tengah mereka, dan (2) Dan Allah tidak akan menyiksa mereka sedangkan mereka meminta ampun/ beristigfar. Maka apabila aku meninggal dunia, aku tinggalkan dikalangan mereka jaminan keamanan yang lainnya, yaitu al-istighfar yang jaminan ini berlaku sampai hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)

Maka dari itu hendaklah kita memperbanyak beristighfar kepada Allah Ta’ala sebagai suatu bentuk ketundukan kita dan kesadaran akan kelemahan kita sebagai manusia yang lemah dan seorang yang jatuh dan terjatuh ke dalam dosa kepada Allah Ta’ala.

Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat bagi kita Insyaallah.

Wallahu Waliyu Taufiq

Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha hafizhahullah