بسم الله الرحمن الرحيم
Sesungguhnya cinta pada dunia merupakan salah satu
penyebab kerasnya hati dan rintangan di jalan Allah Ta’ala. Sedangkan sikap
zuhud terhadap kehidupan dunia adalah penyebab kelembutan dan kekhusyu'an hati.
Karenya berhati-hatilah dengan sikap bersenang-senang dan memperbanyak harta di dunia. Perbanyaklah melatih diri dan jiwa untuk zuhud, bacalah buku-buku yang menganjurkan kepada semua hal tersebut. Perhatikanlah petunjuk Nabi dalam hal zuhud dan pelajarilah manhajnya dalam menjalani hidup penuh kesederhanaan, baik dalam sikap makan, minum dan berpakaian serta kesederhanaan dalam perabotan rumah tangga.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan:
مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ طَعَامٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ حَتَّى قُبِضَ
“Keluarga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
tidak pernah kenyang dengan makanan selama tiga hari, hingga beliau wafat.” (HR.
Bukhari 4955)
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:
مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِينَةَ مِنْ طَعَامِ بُرٍّ ثَلَاثَ لَيَالٍ تِبَاعًا حَتَّى قُبِضَ
“Keluarga Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa Sallam sejak
tiba di Madinah tidak pernah kenyang makanan gandum selama tiga hari berturut-turut
hingga beliau wafat.” (HR. Muslim: 5274)
Suatu ketika Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah berkata kepada ‘Urwah: “Wahai keponakanku, sungguh kami melihat tiga kali bulan sabit dalam dua bulan, dan selama itu api tidak pernah dinyalakan di rumah-rumah Rasulullah”. Lalu aku (‘Urwah) berkata: “Apa yang kalian makan untuk bertahan hidup?” Aisyah menjawab: “Al-Aswadaan yaitu kurma dan air, hanya saja Rasulullah mempunyai tetangga dari kaum Anshor yang menyimpan susu di rumah-rumah mereka dan memberikannya dari rumah-rumah mereka untuk kami minum.” (HR. Bukhari: 6459 dan Muslim: 2972)
Dan masih banyak lagi riwayat yang berkisah tentang makanan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam dan kesederhanaannya. Adapun dalam hal tempat tidur maka Aisyah radhiyallahu 'anha berkisah:
إِنَّمَا كَانَ فِرَاشُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَنَامُ عَلَيْهِ أَدَمًا حَشْوُهُ لِيفٌ
“Kasur Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam yang
biasa beliau pergunakan untuk tidur adalah terbuat dari kulit yang isinya sabut
pohon kurma.” (HR. Muslim: 3883)
Suatu ketika Rasulullah menepuk pundak Ibnu Umar, seraya bersabda:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing
atau seorang pengembara.” (HR. Bukhari: 5937)
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata:
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu
menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka
janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan
hidupmu sebelum matimu.” (Riwayat Bukhari: 5937)
Wahai saudaraku !
Marilah kita jalani hidup ini seperti layaknya orang
asing dan para pengembara, baik dalam hal perilaku, makan, minum dan tempat
tinggal. Hendaklah kita selalu memperhatikan agar bisa sampai ke tempat kembali
yang sesungguhnya. Dan hendaklah kita beramal shalih seolah-olah kita melihat
hari kiamat dengan mata kita sendiri, kita memanfaatkan waktu sehat sebelum datang
sakit, kita isi waktu-waktu kita dengan ibadah dan ketaatan, kita manfaatkan
hidup ini agar selamat dari hal-hal yang menakutkan yang akan terjadi setelah
kematian.
Sebagaimana kehidupan orang-orang shalih sebelum kita,
mereka telah mengorbankan tenaga, waktu, pikiran dan rela hidup sederhana demi
menempuh jalan keselamatan, akhirat menjadi tujuan mereka. Mereka tidak menggunakan akhirat untuk meraih dunia, akan tetapi mereka menanggalkan dunia untuk akhiratnya.
Nasihat ini kutuliskan teruntuk diriku dan
saudara-saudaraku sesama muslim, terutama kepada para da'i yang telah
memutuskan dirinya menjadi pelopor yang selalu berada pada barisan terdepan
dalam setiap kebaikan yang tentu dengan kadar kesanggupan masing-masing.
Wallahu Waliyut Taufiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar