Jumat, 26 Oktober 2018

Al-Wala' Wal Bara'


Berkata Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, dalam kitab beliau Tsalatsatul Ushul, "Diantara permasalahan yang wajib  dipelajari, diketahui dan diamalkan  oleh setiap muslim dan muslimah, adalah:

ان من اطاع الرسول ووحد الله لا يجوز له موالاة من حاد الله ورسوله ولو كان اقرب قريب

‘Barang siapa yang menaati Rasul dan mentauhidkan Allah, maka dia tidak boleh bersikap loyal kepada orang yang memusuhi Allah dan RasulNya, meskipun dia adalah kerabat yang paling dekat.”

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

لَّا تَجِدُ قَوۡمٗا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٖ مِّنۡهُۖ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٢٢  

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling kasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari padaNya. Dan Dia masukkan mereka kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha kepada mereka dan merekapun merasa puas terhadap limpahan rahmatNya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al Mujadalah: 22)


PENJELASAN SINGKAT:

Hal ini menunjukkan suatu kaidah yang sangat mulia. Kaidah yang agung, yang merupakan prinsip islam. Yakni wajib adanya Al Wala' wal Bara' (prinsip loyalitas dan berlepas diri). Ia merupakan ciri orang beriman. 

Orang yang beriman tidak boleh menjadikan musuh-musuh Allah sebagai teman setia, sebagai pelindung, dan seterusnya. Sebab barang siapa yang loyal dalam permasalahan agama kepada orang-orang kafir, maka ia dihukumi sama dengan mereka, mereka disebutkan Allah dalam ayatnya (QS. Al-Maidah: 51) sebagai kaum yang dzolim yang Allah tidak memberi hidayah kepadanya.

Maka prinsip Al Wala' wal Bara' ini dibangun semata-mata dan mutlak hanya kepada dan karena Allah dan RasulNya saja. 

Wala' kepada orang-orang yang menaati Allah dan RasulNya, dan orang-orang yang berjalan diatas atsar dan jalannya salafush sholih. Kemudian, bara' kepada mereka yang menetang Allah, kepada musuh-musuh Allah, kepada mereka yang menyimpang dari Al-Haq. Demikianlah  wala' wal bara' sesungguhnya. Batasan Wala' wal bara',  bukanlah karena se- partai, atau karena se-kelompok, atau karena se-golongan, atau karena keluarga, dan seterusnya. 

Sehingga, amat sangat disayangkan manakala seseorang menyalah artikan prinsip yang agung ini. Hinggapun, wala' wal bara'nya bukan lagi kepada dan karena Allah, melainkan karena organisasinya, melainkan kepada kelompoknya.

Maka, dalam permasalahan ini  cukuplah Nabi Ibrahim sebagai suri tauladan bagi kita. Nabi Ibrahim, seorang yang Allah telah jadikan  sebagai kekasihNya, seorang yang berpegang teguh pada prinsip Al wala' wal bara' ini. Dan  yang menjadi tolak ukur baginya adalah aqidah dan agama, bukan selainnya.

Maka, prinsip wala wal bara' ini harus tegas dan nampak. Bukan hanya kepada orang-orang kafir, namun pada setiap orang yang menyelisi Al-Qur'an dan sunnah dengan pemahaman yang benar.

-Wallahu A'lam-

(Disadur dan diringkas dari: Kajian kitab Tsalatsatul Ushul fii Ma'had daarul Hadits Jayapura, sabtu- 19/09/2015, oleh Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha hafizhahullah).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar