Selasa, 02 Oktober 2018

Ketika Dirundung Musibah dan Kesedihan

Dalam menjalani kehidupan, setiap orang pasti mengalami musibah. Menderita sakit, kehilangan harta, kehilangan anak atau bahkan orang yang dicintai, dan yang semisalnya.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْر الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua perkaranya adalah baik baginya dan hal itu tidak terjadi kecuali bagi seorang mukmin. Apabila ditimpa kesenangan maka dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya, dan bila ditimpa musibah/kesusahan maka ia bersabar sehingga sabar itu adalah baik baginya.” (HR Muslim)

Oleh karena setiap apa yang Allah takdirkan menimpa manusia itu adalah baik, meski terkadang seseorang merasa tidak baik pada sebagian peristiwa yang ditimpakan kepadanya dan merasa baik pada peristiwa yang lain, maka hendaklah seseorang mengerti dan memahami beberapa adab dalam bermu'amalah dengan musibah yang menimpanya. Diantara adab- adab tersebut adalah sebagai berikut:

Sabar Menghadapi Musibah

Sabar adalah perkara yang sangat agung, terutama ketika tertimpa musibah. Diantara bentuk kesabaran ketika dirundung musibah adalah menahan diri dari bersikap marah, menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota badan dari melakukan hal-hal yang dapat mendatangkan murka Allah Ta'ala.

Asy- Syaekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Ujian itu banyak macamnya dan perlu dihadapi dengan kesabaran. Maka hendaklah seseorang menahan dirinya dari hal-hal yang haram berupa menampakan kekecewaan terhadap takdir Allah, baik dengan lisan, hati ataupun dengan anggota badan.” (Lihat syarh Riyadhus Sholihin, Bab Sabar).

Hendaklah seorang muslim bersabar ketika diawal musibah, hal ini berdasarkan sabda Nabi kepada seorang wanita yang tinggal wafat anaknya, “Sesungguhnya sabar itu ada pada goncangan yang pertama” (HR. Bukhari)

Berkata Syaekh Ibnu Utsaimin rahimahullah, “Sesungguhnya reaksi manusia tatkala ditimpa musibah ada empat keadaan: 1.Marah/murka 2.Sabar 3.Ridho 4.Bersyukur.” (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin Bab Sabar).

Mengharap Pahala Atas Musibah dan Bersabar Menjalaninya

Hendaklah seorang mengharapkan pahala dari Allah atas kesabarannya.

Allah Ta'ala berfirman:

وَٱصۡبِرۡ وَمَا صَبۡرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ وَلَا تَحۡزَنۡ عَلَيۡهِمۡ وَلَا تَكُ فِي ضَيۡقٖ مِّمَّا يَمۡكُرُونَ.

“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap makar yang mereka lakukan.” (QS. An-Nahl: 127).

وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari  mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28).

وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ

“Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Lukman:17).

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلَّا الْجَنَّةُ

“Allah Ta'ala berfirman: ‘Tidak ada balasan yang sesuai di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika aku mencabut nyawa orang yang dicintainya dari penduduk dunia, kemudian ia rela dan bersabar kecuali surga.” (HR Bukhari).

Mengucapkan Kalimat istirja’

Apabila seseorang tertimpa musibah, maka hendaklah ia mengucapkan:

إِنَّا لِلَّهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْن. اللَّهُمَّ أَجِرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَ أَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا.

“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami akan kembali. Ya Allah berilah aku pahala atas musibahku ini dan berilah ganti dengan yang lebih baik.”

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

من أصابه هم أو غم أو سقم أو شدة فقال : الله ربي لا شريك له، كشف ذالك عنه

“Tidaklah seseorang tertimpa duka, kesedihan, penyakit atau kesulitan lalu ia mengucapkan: ‘Allah adalah Rabbku tiada sekutu baginya’,  niscaya akan sirnah darinya musibah tersebut.” (Shohihul Jami’: 6040).

Tidak Mengeluh kepada Makhluk

Mengeluh kesusahan kepada makhluk adalah merupakan tingkatan keluhan yang paling rendah, hal ini karena sama halnya dia mengeluhkan Allah Ta'ala yang Maha Penyayang kepada makhluk yang tidak memiliki kasih sayang kecuali yang sekedar Allah tetapkan untuknya.

Mengingat Kematian

Ketika seseorang dirundung musibah maka hendaklah ia banyak mengingat kematian serta mengingat berbagai nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, dengan demikian akan terasa ringan musibah yang menimpanya.

Mengingat Ketentuan Allah yang Telah Tertulis/ Qadha'

Allah Ta'ala berfirman:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguh-nya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22).

Mengharap Jalan Keluar dari Allah

Allah Ta'ala berfirman:

فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5)

قَالَ وَمَن يَقۡنَطُ مِن رَّحۡمَةِ رَبِّهِۦٓ إِلَّا ٱلضَّآلُّونَ

Ibrahim berkata, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Hijr: 56).

Dengan demikian wajib bagi seorang muslim untuk menggantungkan harapannya kepada Allah Ta'ala ketika tertimpa musibah, sebab hanya Allah Ta'ala yang mampu menghilangkan musibah yang menimpanya. Seorang muslim hendaklah menanamkan dalam dirinya bahwa Allah Ta'ala yang Maha Kuasa sangat mampu untuk menghilangkan kesusahannya dan menggantikannya dengan pertolongan dan bahkan mengiringinya dengan kemudahan dan karunia. Oleh karena itu sangat penting menggantungkan harapan hanya kepada Allah Ta'ala.

Demikianlah yang dapat disampaikan pada kajian kali ini. Semoga bermanfaat,

Wabillahi Taufiq.

Penulis: Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafizhahullah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar