Dalam menjalani kehidupan, setiap orang pasti
mengalami musibah. Menderita sakit, kehilangan harta, kehilangan anak atau
bahkan orang yang dicintai, dan yang semisalnya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam
bersabda:
عَجَبًا لِأَمْر
الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ –أَصَابَتْهُ
ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin,
semua perkaranya adalah baik baginya dan hal itu tidak terjadi kecuali bagi
seorang mukmin. Apabila ditimpa kesenangan maka dia bersyukur, maka syukur itu
baik baginya, dan bila ditimpa musibah/kesusahan maka ia bersabar sehingga
sabar itu adalah baik baginya.” (HR Muslim)
Oleh karena setiap apa yang Allah takdirkan
menimpa manusia itu adalah baik, meski terkadang seseorang merasa tidak baik
pada sebagian peristiwa yang ditimpakan kepadanya dan merasa baik pada
peristiwa yang lain, maka hendaklah seseorang mengerti dan memahami beberapa
adab dalam bermu'amalah dengan musibah yang menimpanya. Diantara adab- adab
tersebut adalah sebagai berikut:
Sabar Menghadapi Musibah
Sabar adalah perkara yang sangat agung,
terutama ketika tertimpa musibah. Diantara bentuk kesabaran ketika dirundung
musibah adalah menahan diri dari bersikap marah, menahan lisan dari keluh kesah
serta menahan anggota badan dari melakukan hal-hal yang dapat mendatangkan
murka Allah Ta'ala.
Asy- Syaekh Ibnu Utsaimin rahimahullah
berkata, “Ujian itu banyak macamnya dan perlu dihadapi dengan kesabaran. Maka
hendaklah seseorang menahan dirinya dari hal-hal yang haram berupa menampakan
kekecewaan terhadap takdir Allah, baik dengan lisan, hati ataupun dengan
anggota badan.” (Lihat syarh Riyadhus Sholihin, Bab Sabar).
Hendaklah seorang muslim bersabar ketika
diawal musibah, hal ini berdasarkan sabda Nabi kepada seorang wanita yang
tinggal wafat anaknya, “Sesungguhnya sabar itu ada pada goncangan yang
pertama” (HR. Bukhari)
Berkata Syaekh Ibnu Utsaimin rahimahullah,
“Sesungguhnya reaksi manusia tatkala ditimpa musibah ada empat keadaan: 1.Marah/murka
2.Sabar 3.Ridho 4.Bersyukur.” (Lihat Syarh
Riyadhus Sholihin Bab Sabar).
Mengharap Pahala Atas Musibah dan
Bersabar Menjalaninya
Hendaklah seorang mengharapkan pahala dari
Allah atas kesabarannya.
Allah Ta'ala berfirman:
وَٱصۡبِرۡ
وَمَا صَبۡرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ وَلَا تَحۡزَنۡ عَلَيۡهِمۡ وَلَا تَكُ فِي
ضَيۡقٖ مِّمَّا يَمۡكُرُونَ.
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah
kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih
hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap
makar yang mereka lakukan.” (QS. An-Nahl: 127).
وَٱصۡبِرۡ
نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ
يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ
ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ
هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28).
وَٱصۡبِرۡ
عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ
“Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS.
Lukman:17).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam
bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى مَا
لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ
الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلَّا الْجَنَّةُ
“Allah Ta'ala berfirman: ‘Tidak ada
balasan yang sesuai di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika aku mencabut
nyawa orang yang dicintainya dari penduduk dunia, kemudian ia rela dan
bersabar kecuali surga.” (HR Bukhari).
Mengucapkan Kalimat istirja’
Apabila seseorang tertimpa musibah, maka
hendaklah ia mengucapkan:
إِنَّا لِلَّهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُوْن.
اللَّهُمَّ أَجِرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَ أَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا.
“Sesungguhnya kami milik Allah dan
kepadaNyalah kami akan kembali. Ya Allah berilah aku pahala atas musibahku ini
dan berilah ganti dengan yang lebih baik.”
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam
bersabda:
من أصابه هم أو غم أو سقم
أو شدة فقال : الله ربي لا شريك له، كشف ذالك عنه
“Tidaklah seseorang tertimpa duka, kesedihan,
penyakit atau kesulitan lalu ia mengucapkan: ‘Allah adalah Rabbku tiada
sekutu baginya’, niscaya akan sirnah darinya musibah tersebut.” (Shohihul
Jami’: 6040).
Tidak Mengeluh kepada Makhluk
Mengeluh kesusahan kepada makhluk adalah
merupakan tingkatan keluhan yang paling rendah, hal ini karena sama halnya dia
mengeluhkan Allah Ta'ala yang Maha Penyayang kepada makhluk yang tidak memiliki
kasih sayang kecuali yang sekedar Allah tetapkan untuknya.
Mengingat Kematian
Ketika seseorang dirundung musibah maka
hendaklah ia banyak mengingat kematian serta mengingat berbagai nikmat yang
telah Allah berikan kepadanya, dengan demikian akan terasa ringan musibah yang
menimpanya.
Mengingat Ketentuan Allah yang Telah
Tertulis/ Qadha'
Allah Ta'ala berfirman:
مَآ
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ
قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)
سَبَّحَ
لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di
bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguh-nya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22).
Mengharap Jalan Keluar dari Allah
Allah Ta'ala berfirman:
فَإِنَّ
مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5)
قَالَ
وَمَن يَقۡنَطُ مِن رَّحۡمَةِ رَبِّهِۦٓ إِلَّا ٱلضَّآلُّونَ
Ibrahim berkata, “Tidak ada orang yang
berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS.
Al-Hijr: 56).
Dengan demikian wajib bagi seorang muslim untuk
menggantungkan harapannya kepada Allah Ta'ala ketika tertimpa musibah, sebab
hanya Allah Ta'ala yang mampu menghilangkan musibah yang menimpanya. Seorang
muslim hendaklah menanamkan dalam dirinya bahwa Allah Ta'ala yang Maha Kuasa
sangat mampu untuk menghilangkan kesusahannya dan menggantikannya dengan
pertolongan dan bahkan mengiringinya dengan kemudahan dan karunia. Oleh karena
itu sangat penting menggantungkan harapan hanya kepada Allah Ta'ala.
Demikianlah yang dapat disampaikan pada
kajian kali ini. Semoga bermanfaat,
Wabillahi Taufiq.
Penulis: Al-Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafizhahullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar