بسم
الله الرحمن الرحيم
Ketika kita berbicara tentang
pertemanan maka sungguh islam telah memberikan sejumlah batasan dan ketentuan
akan hal tersebut.
Sebagai kesempurnaan dan
kelengkapan syari'at islam, maka Allah Azza wa Jalla telah meletakkan
batasan-batasan dalam pertemanan, terlebih lagi hal ini berkaitan dengan cinta
dan benci dalam sebuah pergaulan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:
مثل الجليس الصالح
و الجليس السوء كحامل المسك و نافخ الكير
"Perumpamaan teman yang
shalih/baik dan teman yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai
besi." (HR Bukhari no. 5534, Muslim no. 2628)
Lihatlah!
Bagaimana Rasulullah
Shallallahu 'alaihi Wa Sallam mempermisalkan teman yang baik dan teman yang
buruk dengan seorang penjualan minyak wangi dan seorang pandai besi, dimana
pandai besi akan memberikan efek yang buruk jika engkau mendekat kepadanya
yaitu apakah percikan apinya akan membakar pakaianmu atau engkau akan
mendapatkan bau yang tidak sedap. Adapun seorang penjual minyak wangi akan
memberikan efek yang positif kepadamu berupa engkau bisa membeli darinya minyak
wangi atau engkau akan sekedar mendapatkan bau yang harum, sebagaimana
dijelaskan pada penggalan hadits yang selanjutnya.
الرجل على دين خليله ، فلينظر أحدكم من يخالل
"Keadaan (agama) seseorang
berada pada agama temannya, maka hendaklah dia memperhatikan siapa
temannya/khalilnya." (HR. Ahmad, Tirmidzi no 2378, Abu Dawud no 4833)
Sahal bin Sa'ad berkata:
المؤمن مألفة ، و لا خير فيمن لا يألف و لا يؤلف
"Seorang mukmin adalah
orang yang bergaul dengan lembut (mempersatukan/bersatu), tidak ada kebaikan
pada orang yang tidak bersatu dan tidak dapat dipersatukan." (Riwayat
Ahmad dengan sanad yang layin/lemah).
Terdapat dalam sebuah hadits
yang dho'if:
يكون في آخر الزمان أقوام : إخوان العلانية ، أعداء السريرة
"Akan ada pada akhir zaman
kaum yang nampak secara zhohir persaudaraannya akan tetapi pada bathinnya ada permusuhan." (HR. Ahmad)
Setelah memperhatikan
atsar-atsar yang kami sebutkan maka nampaklah bagi kita untuk menjaga dan
bersikap hati-hati dalam memilih pertemanan, dikarenakan teman itu dapat
memberikan efek yang positif maupun efek yang negatif dan hal ini akan sangat
berpengaruh pada perjalanan seseorang, terlebih lagi dizaman yang penuh dengan
fitnah ini, dimana seseorang tidak dapat membedakan mana teman yang sejati dan
mana teman yang penuh dengan sepak terjang.
Pertemanan tidak saja berefek
pada perkembangan perjalanan seseorang didunia akan tetapi lebih dari itu akan
sangat berpengaruh pada nasib seseorang di akhirat kelak.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:
الأرواح جنود مجندة ، فما تعارف منها ائتلف ، و ما تناكر منها اختلف
"Ruh-ruh manusia diakhirat
akan berkelompok, maka mereka yang saling mengenal akan berkumpul dan yang
tidak saling kenal akan berpisah/berselisih." (HR. Bukhari secara Mu'allaq, Muslim no 6650)
الأخلاء يومئذ بعضهم لبعض عدو إلا المتقين
"Teman-teman akrab pada
hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang
yang bertaqwa." (QS. Az-Zukhruf: 67)
As-Syaekh Utsman As-Salimi pada
muhadhorah beliau di masjid Jami'ul Khair yang kami dengar secara langsung
beliau ketika menjelaskan ayat ini beliau berkata: "Yang demikian ini terjadi
permusuhan diantara mereka disebabkan sebagian dari mereka mengingkari sebagian
lainnya karena dulunya teman-teman tersebut tidak mengajak mereka untuk taqwa
kepada Allah namun mengajak mereka untuk durhaka terhadap Allah Azza wa Jalla,
sebagaimana firman Allah:
إذ تبرأ الذين
ٱتبعوٱ من الذين ٱتبعوٱ ورأوٱ ٱلعذاب وتقطعت بهم الأسباب
"Ketika orang-orang yang
diikuti itu berlepas diri dari orang-orang mengikutinya, dan mereka melihat
siksa dan ketika segala hubungan diantara mereka terputus sama sekali."
(QS. Al-Baqarah: 166)
Demikianlah pembahasan kita
pada kesempatan ini. Kami tutup dengan menukil sebuah atsar berikut,
Al-Ma'mun berkata:
الإخوان على ثلاث تبقات:
١.
إخوان كلغذاء لا يستغني عنهم أبدا و هم إخوان الصفاء
٢.
إخوان كدواء يحتاج إليهم في بعض الأوقات و هم الفقهاء
٣.
إخوان كداء لا يحتاخ إليهم أبدا و هم أهل الملق و النفاق
لا خير فيهم
"Persaudaraan/pertemanan
itu berada pada tiga tingkatan: Pertama, Teman yang
diibaratkan seperti makanan bergizi, dia tidak membutuhkan mereka selamanya dan
mereka adalah ikhwan yang baik (cerah). Kedua, Ikhwan yang
diibaratkan seperti obat, maka dia membutuhkan mereka pada sebagian waktu
mereka adalah para fuqoha. Ketiga, Ikhwan yang
diibaratkan seperti racun dia tidak membutuhkan mereka selamanya, mereka adalah Al-Malq (org yang banyak
bicara yang tidak sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya) dan orang munafiq,
teman-teman seperti ini tidak ada kebaikan pada mereka." (Lihat adab
Asy-Syar'iyah jilid 4, hal 219)
Demikianlah catatan ini kami
tulis setelah menghadiri muhadharah Syaekh Utsman As-Salimi hafizhahullah, pada
hari jum'at antara magrib dan isya, pada 29/ Rabi'ul Awal / 1435 H bertepatan
dengan 31/ Januari / 2014 M.
Semoga bermanfaat, Wallahu Waliyut Taufiq
---
Catatan ini kami buat dengan
merujuk pada kitab Adabu Syar'iyah jilid 4 hal 213-219 cetakan Muassasatur
Risalah dengan tahqiq Syaekh Syu'aib al-Arna'uth. Bagi yang ingin menambah
wawasan silahkan merujuk pada kitab tersebut.-
✏Al- Ustadz Junaid Ibrahim Iha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar