بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam
surah Asy- Syams ayat 9, Allah Azza Wa Jalla berfirman :
قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا
Artinya
:
“Sungguh
beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang
yang mengotorinya.”
Sungguh
ketika seorang yang sholih/ sholihah mengambil langkah untuk
memperbaiki
diri dan mensucikan jiwanya maka nampak padanya tanda-tanda
kebaikan.
Berikut
ini kiat-kiat yang harus dilakukan bagi orang yang berupaya untuk menjaga
dan
membersihkan jiwanya :
ü Beribadah Sebaik
Mungkin.
Yang
di maksudkan adalah melaksanakan ibadah sebaik mungkin. Misal ketika sholat, maka sholat dengan khusyu' dan tenang. Jika
puasa, maka melakukannya dengan
sebaik
mungkin yakni menahan diri dari semua yang haram sebagaimana ia menahan
diri
dari makan dan minum. Demikian
seterusnya dalam semua jenis ibadah.
Berikut
ini beberapa hadits yang memberikan motivasi untuk mengerjakan ibadah
dengan
sebaik mungkin :
Dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda
:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang
siapa menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, niscaya Allah akan
memudahkan
baginya jalan ke surga." (HR. Muslim)
Dari
Abu Umamah ia berkata Rasulullah bersabda (artinya):
"Barang
siapa yang pagi hari pergi ke masjid, ia tidak menginginkan selain belajar atau
mengajarkan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang berhaji
yang
sempurna
hajinya.” (Lihat Shohih Targhib wa Tarhib, Al-Hafidz Al- Iraqi berkata:
“Sanadnya
Jayyid”).
Dari
Uqbah bin Amir bahwa Rasulullah bersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ
وُضُوءَهُ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ مُقْبِلٌ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ
وَ وَجْهِهِ
إِلَّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
“Tidaklah
seorang muslim berwudhu dan membaguskan wudhunya kemudian melaksanakan sholat
dua rakaat dengan menghadapkan hati dan wajahnya kepada Allah,
kecuali
jannah wajib atasnya.” (HR. Muslim)
KETERANGAN
:
Hadits-hadits
ini dan yang semisal dengannya, memberikan motivasi kepada kita agar
melakukan
ibadah sebaik mungkin. Lihatlah bagaimana balasan atas orang yang
berwudhu
dan membaguskan wudhunya serta melakukan sholat dua rakaat dengan
ikhlas
yang disebutkan pada hadits diatas.
ü Menjaga Anggota Badan
Allah
Ta'ala mencela kaum yang tidak dapat mengambil faedah dari anggota badannya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ
كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا
وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ
أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلۡغَٰفِلُونَ
Artinya
:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai.
(QS. Al-
A'raf: 179)
Seorang
muslim/ muslimah hendaklah memperhatikan anggota badannya dan menjaganya,
jangan sampai terjerumus dalam hal-hal yang membinasakannya.
Ibnu
Abbas berkata :
“Aku
pernah di belakang Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam pada suatu hari
dan beliau bersabda: “Wahai anak muda peliharalah (ajaran) Allah niscaya Dia
akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah niscaya engkau akan
mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu mintalah kepada Allah
dan jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR.
Tirmidzi. Ia berkata:
Hadits
ini shahih).
Hendaklah
seseorang menjaga, mengawasi dan mewaspadai hatinya dari penyakit- penyakit
yang menjangkiti. Ia juga harus mengetahui bahwa amalan shalih akan menjadi
besar sesuai dengan hatinya dalam mengagungkan Allah. Sungguh seorang muslim
yang shalih adalah yang hatinya selamat dari keraguan, kesyirikan, riya',
kemunafikan,
sombong,
ujub, dengki, hasad, dan semua penyakit. Hatinya juga dipenuhi dengan
tauhid.
Demikian juga lisannya, hendaklah dia bertakwa kepada Allah dengannya. Ia
tidak
menggunakan lisannya kecuali dzikir kepada Allah, amar makruf dan nahi
mungkar,
atau sekedar membicarakan dunia yang memang tidak bisa tidak karena dia
sangat
membutuhkannya.
Hendaklah
ia selalu mengingat firman Allah Ta’ala :
وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ
عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ
عَنۡهُ مَسُۡٔولٗا
Artinya
:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)
Juga
hadits Rasulullah ﷺ :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
"Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan
yang baik atau diam." (HR. Muslim)
ü Zuhud Terhadap Dunia
Diantara
buah dari jiwa yang baik dan tenang adalah pengharapannya kepada kenikmatan
abadi yang ada di sisi Allah, dan kezuhudannya terhadap perkara dunia yang
semu, bukan malah dia disibukkan dengan berbagai proposal dan membuka berbagai
rekening bantuan sosial dan dana dakwah serta seabrek permasalahan dunia yang
berkaitan dengan dana dan dana. Allah Ta’ala
berfirman:
وَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ
فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتُهَاۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ
وَأَبۡقَىٰٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Artinya
:
“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu
adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah
adalah lebih baik dan lebih kekal.
Maka apakah kamu tidak memahaminya?.” (QS. Al- Qashash : 60)
Anas
bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah sering berdo'a :
اللهمَّ لاَ عَيْشَ إِلاَّ
عَيْشُ الْآخِرَةِ
"Ya Allah
tidak ada kehidupan selain kehidupan
akhirat."
Dari
Abu Hurairah ia berkata Rasulullah bersabda :
"Celakalah
hamba dinar dan dirham dan kain beludru. Jika diberi ia rela dan jika tidak
diberi
ia tidak rela". (HR. Bukhari)
Sahl
bin Sa'ad berkata:
"Ada
seseorang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: Tunjukkan
kepadaku
suatu perbuatan yang bila aku melakukannya aku disukai Allah dan manusia.
Beliau bersabda: "Zuhudlah dari dunia,
Allah akan mencintaimu dan zuhudlah dari apa yang dimiliki orang, niscaya
mereka akan mencintaimu." (HR. Ibnu Majah dan sanadnya hasan)
ü Mengingat Kematian
Banyak
mengingat kematian dan memikirkan akhirat tidak akan terjadi pada seseorang
kecuali pada orang yang hatinya hidup dan jiwanya suci dari berbagai bencana
dan
penyakit.
Allah
berfirman :
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ
وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ
ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ
إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ
Artinya :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.
(QS. Ali 'Imron : 185)
Dari
Abu Hurairah ia berkata Rasulullah bersabda :
"Perbanyaklah
menyebut pelebur kenikmatan, yaitu: mati." (HR. Tirmidzi dan Nasa'i, dan
dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)
PERINGATAN
:
Meskipun
banyak mengingat kematian adalah perkara yang dianjurkan agar seseorang
tidak
terpesona dengan dunia dan melupakan akhirat, namun hal yang harus diingat
adalah
tidak boleh menginginkan kematian karena
merasa beratnya beban hidup.
Rasulullah
bersabda :
لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ
اَلْمَوْتَ لِضُرٍّ يَنْزِلُ بِهِ, فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا
فَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ اَلْحَيَاةُ خَيْرًا لِي,
وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ اَلْوَفَاةُ خَيْرًا لِي. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
"Janganlah
sekali-kali seseorang di antara kamu menginginkan kematian karena kesusahan
yang menimpanya, bila ia benar-benar menginginkannya hendaknya ia berdoa:
“Ya
Allah hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik bagiku dan wafatkanlah aku jika
sekiranya
kematian itu baik bagiku." (Muttafaqun ‘Alaih)
ü Memanfaatkan Waktu
Tidak
diragukan lagi bahwa waktu adalah umur. Siapa yang menyia-nyiakannya,
sebenarnya
dia telah menyia-nyiakan umurnya. Oleh karena itu Rasulullah bersabda :
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ
النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Dua
nikmat yang banyak melalaikan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang"
(HR. Bukhari)
Diantara
perkara yang memalingkan seseorang dari memanfaatkan waktunya adalah :
v Panjang angan-angan. Hasan al-Bashri
berkata: "Tidaklah seorang hamba memperpanjang angan-angannya kecuali
buruk amalannya."
v Sibuk dengan perkara sepele atau bahkan
haram. Seperti mendengar musik, menghabiskan waktu untuk baca koran dan
majalah-majalah murahan serta main internet dll.
v Persahabatan rusak yang tidak memberikan
kesempatan untuk memikirkan hal yang bermanfaat bagi agama dan dunianya. Maka
carilah teman yang baik yang dapat mengingatkan kepada akhirat dan menegur dari
kelalaian.
ü Semangat Mempelajari
Islam, Banyak Membaca Al-Qur'an serta
Memperbanyak
Amalan Sunnah.
Rasulullah
bersabda :
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ
خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
"Barang
siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah akan pahamkan
dia
dalam urusan agama." (Muttafaqun 'alaih)
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ
يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِه
"Bacalah
Al-qur'an ! Sungguh Al-qur'an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi
syafaat
bagi pembacanya." (HR. Muslim)
Demikianlah
kajian kita pada kesempatan ini.
Wallahu
waliyut taufiq
Oleh
: Al – Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafidzhahullah