Kamis, 30 Mei 2019

Anjuran Untuk Bersifat Qona’ah




بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 

Dengan memohon pertolongan Allah, berikut ini adalah beberapa atsar yang kami ketengahkan sebagai contoh gambaran akan kehidupan Rasulullah Shalallahu'alaihi Wa Sallam dan pesan para ulama terkait kehidupan yang diisi dengan sifat qona'ah.

Pertama: Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, bahwa Rasulullah bersabda :

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ ، وَرُزِقَ كَفَافًا ، وَ قَنَعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ

"Sungguh   beruntung   orang   yang masuk islam, dan diberikan rizki cukup, serta merasa puas (cukup) dengan apa yang diberikan Allah kepadannya" (HR Muslim).

Kedua: Dari Nu'man bin Basyir, ia berkata,

ألسْتُمْ فِي طَعَامٍ وَ شَرَابٍ مَا شِئْتُمْ ؟ لَقَدْ رَأَيْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ مَا يَجِدُ مِنْ الدَّقَلِ ، مَا يَمْلأً بِهِ بَطْنَهُ 

"Bukankah kalian sekarang dalam keadaan serba kecukupan (makan dan minum sesuka kalian/ semuanya ada)? Sungguh aku telah melihat nabi kalian tidak mendapati kurma yang jelek sekalipun, yang dapat mengisi perutnya (yang dapat mengenyangkan)" (HR. Muslim).

Ketiga:  Dari Abu Musa, ia berkata,

:إنما أهلك من كان قبلكم هذا الدينار و الدرهم و هما مهلكاكم

"Hanyalah perkara yang membinasakan orang- orang sebelum kalian adalah dinar dan dirham ini, dan keduanya adalah yang membinasakan kalian"
(Ibnu Abi Syaibah Dalam Mushannafnya No 34802).

KETERANGAN:

Perhatikan bagaimana kehidupan Rasulullah, sebagai nabi yang paling utama.  Beliau berada dalam keadaan yang sangat sederhana, baik dari sisi makanan maupun pakaian sebagaimana datang dalam riwayat-riwayat yang shahih.

Dan Anda adalah pengikut Rasulullah Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, maka tidak ada pilihan lain kecuali harus menjadikan beliau sebagai teladan.

Serta hal ini merupakan nasihat kepada para da'i yang liurnya menetes ketika berhadapan dengan harta dunia.  Ingatlah bahwa engkau adalah penyambung lisan para ulama, pembagi warisan para nabi, maka engkau harus ingat bahwa yang menjadi teladanmu  adalah Rasulullah yang kehidupannya penuh kesederhanaan.

Engkau bukanlah konglomerat yang berganti mobil mewah dan bangun rumah megah.  Takutlah engkau terhadap kehidupan para pendeta yang memakan harta kaumnya dengan atas nama agama, yayasan dan proposal menjadi tameng penglaris perekrut harta ummat.

Imam Al- wadi'y rahimahullah berkata:

:طلب العلم يعتبر سببا من الأسباب غعليك أن يعتمد على الله سبحانه و تعالى و أن تبتعد عن الوظائف التى تبعدك عن طلب العلم و تقسي قلبك

"Menuntut ilmu dianggap sebagai sebab dari berbagai sebab, maka wajib bagimu untuk bersandar kepada Allah dan menjauh dari berbagai pekerjaan yang dapat menjauhkan engkau dari proses menuntut ilmu dan mengeraskan hatimu"  (Al-Mushara'ah hal 151(.

Maka         ketahuilah       bahwa memalingkan hati dan perhatian yang besar terhadap dunia, akan melemahkan hafalan dan semangat dalam belajar. Jika kesibukan telah tergantikan dengan kesibukan dunia maka kesibukan akhirat akan melemah dan hilang.

Dari Anas bin Malik, ia berkata Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَتْ الاَخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللهُ غنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَ هِيَ رَاغمَةٌ. وَ مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا همَّهُ جَعَلَ اللهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنَيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لهُ 
“Barangsiapa yang keinginannya (ambisinya) hanya kehidupan akhirat maka Allah akan memberi rasa cukup dalam hatinya, menyatukan urusannya yang berserakan dan dunia datang kepadanya tanpa dia cari, dan barangsiapa yang keinginannya (ambisinya) hanya kehidupan dunia maka Allah akan jadikan kemiskinan selalu membayang- bayangi diantara kedua matanya, mencerai- beraikan urusannya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sekedar apa yang telah ditentukan untuknya” (HR. Tirmidzi).

●●●●

Nasihat kepada para pengumpul dana ummat, ingatlah bahwa jika engkau disibukan dengan proposal dan yayasan, maka aktifitas dakwah dan belajarmu akan tersendat. Pikiran dan perhatian yang tadinya terfokus pada qaul-qaul ulama, akan berganti kepada kalkulasi anggaran dana dan biaya, belum lagi ambisi perluasan wilayah dan pembebasan tanah.

Wahai para da'i jika keringatmu telah terbiasa keluar karena menahan rasa lapar didalam perpustakan diawal atau pertengahan engkau belajar, maka janganlah engkau gadaikan kebiasaan yang mulia itu dengan keringat yang keluar serta tenaga yang terperas karena memikirkan berapa besar anggaran yang harus kau dapat dan bagaimana format proposal yang akan engkau rancang, serta tidur yang tidak nyaman karena merasa dikejar oleh ummat terhadap pertanggung jawaban harta ummat yang telah engkau garap.

Akhir kalam ...
Ittaqillah... Ittaqillah....
Barakallahu fiikum.

Oleh : Al – Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafizhahullah






Sabtu, 25 Mei 2019

"Mutiara Nasihat"



بسم الله الرحمن الرحيم
- Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:

إِنْ كُنْتُمْ لَا بُدَّ مُقْتَدِيْنَ، فَاقْتَدُوْا بِالْمَيِّتِ، فَإِنَّ الْحَيَّ لَا تُؤْمَنُ عَلَيْهِ الْفِتْنَةُ
"Jika kalian harus mengambil teladan, maka ambillah teladan dari orang-orang yang telah mati (para sahabat), karena orang yang masih hidup tidak aman dari fitnah." (Shifatush shafwah 1/421)

Faedah Ringkas:
1.     Para sahabat nabi adalah orang-orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi karena mereka hidup bersama rasulullah berjihad bersamanya dan mendengar langsung keterangan-keterangan agama dari beliau serta menghafal dan menjaganya dengan baik. Oleh sebab itu Allah dan rasul-Nya memberikan rekomendasi tentang baik dan selamatnya agama mereka. Allah Ta'ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung".
(QS. At-Taubah: 100)

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وإنَّ أُمَّتَكُمْ هذِه جُعِلَ عافِيَتُها في أَوَّلِها، وَسَيُصِيبُ آخِرَها بَلاءٌ، وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَها، وَتَجِيءُ فِتْنَةٌ فيُرَقِّقُ بَعْضُها بَعْضًا، 
"Sesungguhnya ummat kalian ini dijadikan keselamatannya ada pada generasi awalnya, akan meninpa generasi yang akhir berbagai bencana dan perkara yang kalian ingkari. Dan akan datang berbagai fitnah yang sebagiannya lebih dahsyat dari sebagian yang lain." (HR. Muslim)

Hadits ini sangat jelas menunjukan bahwa generasi yang awal dari ummat ini, mereka adalah generasi terbaik dan generasi yang diselamatkan dari berbagai fitnah dan penyelewengan sebagaimana tersebut dalam hadits yang lainnya, Rasulullah bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ
"Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka. Kemudian akan datang sebuah kaum yang persaksian seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya" (HR. Bukhari)

Demikian pula terpahami dari hadits-hadits diatas bahwa generasi yang akhir dari ummat ini akan diuji oleh Allah dengan berbagai macam fitnah dan ujian sehingga banyak dari mereka yang terhempas dari shirathal mustaqim.


Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
"Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasing." (HR. Muslim)

Dalam riwayat Ahmad, disebutkan:

 قيل: ومن الغرباءُ قال: النُّزّاعُ مِنَ الْقَبائِل
أحمد شاكر  مسند أحمد ٥/٢٩٦ • إسناده صحيح

"Ditanyakan siapa al-ghuroba itu (wahai Rasulullah)? Beliau menjawab: "Orang-orang yang memisahkan diri dari kabilah-kabilah (yang sesat)" (Dishohihkan oleh syaekh Ahmad Syakir rahimahullah)

Dalam riwayat tirmidzi disebutkan,

إِنَّ الدِّينَ بَدَأَ غَرِيبًا وَيَرْجِعُ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ بَعْدِي مِنْ سُنَّتِي
"Sesungguhnya agama islam itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing, yaitu orang orang yang memperbaiki sunnahku yang telah dirusak oleh orang-orang setelahku". (Imam Tirmidzi berkata: Hadist Hasan Shohih)

2.     Generasi yang aman dari fitnah itulah generasi yang lebih pantas untuk dijadikan panutan dan mereka semuanya telah wafat, maka inilah yang diisyaratkan oleh sahabat yang mulia ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu.

3.     Adapun generasi belakangan adalah generasi yang dikepung dengan berbagai fitnah sehingga sedikit sekali dari mereka yang keluar dari fitnah-fitnah itu dalam keadaan selamat. Hal ini menunjukan kepada kita tentang keutamaan kembali kepada manhaj salaf. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ

"Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh Allah pada suatu umat sebelumku melainkan dia memiliki pembela dan sahabat yang memegang teguh sunah-sunnahnya dan mengikuti perintah-perintahnya, kemudian datanglah setelah mereka suatu kaum yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan." (HR. Muslim)

- Al-Imam Al-Auza'i rahimahullah berkata:

اصبر نفسك على السنة، وقف حيث وقف القوم، وقل بما قلوا، وكف عما كفوا عنه، وسلك سبيل سلفك الصالح

 "Sabarkan dirimu diatas Sunnah, berhentilah pada apa yg para salaf berhenti padanya, dan berucaplah dengan apa yg mereka ucapkan, serta tahanlah dirimu dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan tempuhlah jalan para salafmu yang shalih."  (Al-Hilyah: 8137 dengan sanad yang Shahih sebagaimana dikatakan oleh guru kami Asy-Syaikh Muhammad Mani' hafizhahullah).

Wabillahi Taufiq
Semoga bermanfaat


Oleh : Al – Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafizhahullah
----------
Diatas Pesawat Menuju Kota Nabi :

19 - Ramadhon - 1440 H
24 - Mei - 2019 M


Jumat, 17 Mei 2019

“Mendidik Jiwa Dalam Ketaatan”




            بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam surah Asy- Syams ayat 9, Allah Azza Wa Jalla berfirman :

قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا 
Artinya :

“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang
yang mengotorinya.”

Sungguh ketika seorang yang sholih/ sholihah mengambil langkah untuk
memperbaiki diri dan mensucikan jiwanya maka nampak padanya tanda-tanda
kebaikan.

Berikut ini kiat-kiat yang harus dilakukan bagi orang yang berupaya untuk menjaga
dan membersihkan jiwanya :
   
  ü     Beribadah Sebaik Mungkin.

Yang di maksudkan adalah melaksanakan ibadah sebaik mungkin. Misal ketika sholat,  maka sholat dengan khusyu' dan tenang. Jika puasa, maka melakukannya dengan
sebaik mungkin yakni menahan diri dari semua yang haram sebagaimana ia menahan
diri dari makan dan minum.  Demikian seterusnya dalam semua jenis ibadah.
Berikut ini beberapa hadits yang memberikan motivasi untuk mengerjakan ibadah
dengan sebaik mungkin :

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda :

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barang siapa menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, niscaya Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga." (HR. Muslim)



Dari Abu Umamah ia berkata Rasulullah bersabda (artinya):

"Barang siapa yang pagi hari pergi ke masjid, ia tidak menginginkan selain belajar atau mengajarkan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang berhaji yang
sempurna hajinya.” (Lihat Shohih Targhib wa Tarhib, Al-Hafidz Al- Iraqi berkata:
“Sanadnya Jayyid”).

Dari Uqbah bin Amir bahwa Rasulullah bersabda :

 مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهُ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ مُقْبِلٌ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ وَ وَجْهِهِ إِلَّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

“Tidaklah seorang muslim berwudhu dan membaguskan wudhunya kemudian melaksanakan sholat dua rakaat dengan menghadapkan hati dan wajahnya kepada Allah,
kecuali jannah wajib atasnya.” (HR. Muslim)

KETERANGAN :

Hadits-hadits ini dan yang semisal dengannya, memberikan motivasi kepada kita agar
melakukan ibadah sebaik mungkin. Lihatlah bagaimana balasan atas orang yang
berwudhu dan membaguskan wudhunya serta melakukan sholat dua rakaat dengan
ikhlas yang disebutkan pada hadits diatas.

ü  Menjaga Anggota Badan

Allah Ta'ala mencela kaum yang tidak dapat mengambil faedah dari anggota badannya. Allah Ta’ala berfirman:


وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ 


Artinya :
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
 (QS. Al-  A'raf: 179)

Seorang muslim/ muslimah hendaklah memperhatikan anggota badannya dan menjaganya, jangan sampai terjerumus dalam hal-hal yang membinasakannya.

Ibnu Abbas berkata :

“Aku pernah di belakang Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam pada suatu hari dan beliau bersabda: “Wahai anak muda peliharalah (ajaran) Allah niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi. Ia berkata:
Hadits ini shahih).

Hendaklah seseorang menjaga, mengawasi dan mewaspadai hatinya dari penyakit- penyakit yang menjangkiti. Ia juga harus mengetahui bahwa amalan shalih akan menjadi besar sesuai dengan hatinya dalam mengagungkan Allah. Sungguh seorang muslim yang shalih adalah yang hatinya selamat dari keraguan, kesyirikan, riya', kemunafikan,
sombong, ujub, dengki, hasad, dan semua penyakit. Hatinya juga dipenuhi dengan
tauhid. Demikian juga lisannya, hendaklah dia bertakwa kepada Allah dengannya. Ia
tidak menggunakan lisannya kecuali dzikir kepada Allah, amar makruf dan nahi
mungkar, atau sekedar membicarakan dunia yang memang tidak bisa tidak karena dia
sangat membutuhkannya.


Hendaklah ia selalu mengingat firman Allah Ta’ala :

وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولٗا

Artinya : 
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

Juga hadits Rasulullah :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam." (HR. Muslim)

  ü  Zuhud Terhadap Dunia

Diantara buah dari jiwa yang baik dan tenang adalah pengharapannya kepada kenikmatan abadi yang ada di sisi Allah, dan kezuhudannya terhadap perkara dunia yang semu, bukan malah dia disibukkan dengan berbagai proposal dan membuka berbagai rekening bantuan sosial dan dana dakwah serta seabrek permasalahan dunia yang berkaitan dengan dana dan dana.  Allah Ta’ala berfirman:

وَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتُهَاۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ 

Artinya :

“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal.
Maka apakah kamu tidak memahaminya?.” (QS. Al- Qashash : 60)

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah sering berdo'a :

اللهمَّ لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْشُ الْآخِرَةِ
"Ya Allah tidak ada  kehidupan selain kehidupan akhirat."

Dari Abu Hurairah ia berkata Rasulullah bersabda :

"Celakalah hamba dinar dan dirham dan kain beludru. Jika diberi ia rela dan jika tidak
diberi ia tidak rela". (HR. Bukhari)


Sahl bin Sa'ad berkata:

"Ada seseorang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: Tunjukkan
kepadaku suatu perbuatan yang bila aku melakukannya aku disukai Allah dan manusia. Beliau bersabda: "Zuhudlah dari dunia,  Allah akan mencintaimu dan zuhudlah dari apa yang dimiliki orang, niscaya mereka akan mencintaimu." (HR. Ibnu Majah dan sanadnya hasan)

ü  Mengingat Kematian

Banyak mengingat kematian dan memikirkan akhirat tidak akan terjadi pada seseorang kecuali pada orang yang hatinya hidup dan jiwanya suci dari berbagai bencana dan 
penyakit.
Allah berfirman :

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ
  Artinya :
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
 (QS. Ali 'Imron : 185)

Dari Abu Hurairah ia berkata Rasulullah bersabda :
"Perbanyaklah menyebut pelebur kenikmatan, yaitu: mati." (HR. Tirmidzi dan Nasa'i, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)


PERINGATAN :

Meskipun banyak mengingat kematian adalah perkara yang dianjurkan agar seseorang
tidak terpesona dengan dunia dan melupakan akhirat, namun hal yang harus diingat
adalah tidak boleh menginginkan kematian   karena merasa beratnya beban hidup.
Rasulullah bersabda :

لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ اَلْمَوْتَ لِضُرٍّ يَنْزِلُ بِهِ, فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا فَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ اَلْحَيَاةُ خَيْرًا لِي, وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ اَلْوَفَاةُ خَيْرًا لِي. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

"Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu menginginkan kematian karena kesusahan yang menimpanya, bila ia benar-benar menginginkannya hendaknya ia berdoa:
“Ya Allah hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik bagiku dan wafatkanlah aku jika
sekiranya kematian itu baik bagiku." (Muttafaqun ‘Alaih)

  ü     Memanfaatkan Waktu

Tidak diragukan lagi bahwa waktu adalah umur. Siapa yang menyia-nyiakannya,
sebenarnya dia telah menyia-nyiakan umurnya. Oleh karena itu Rasulullah bersabda :

 نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Dua nikmat yang banyak melalaikan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang" (HR. Bukhari)

Diantara perkara yang memalingkan seseorang dari memanfaatkan waktunya adalah :
v Panjang angan-angan. Hasan al-Bashri berkata: "Tidaklah seorang hamba memperpanjang angan-angannya kecuali buruk amalannya."
v Sibuk dengan perkara sepele atau bahkan haram. Seperti mendengar musik, menghabiskan waktu untuk baca koran dan majalah-majalah murahan serta main internet dll.
v Persahabatan rusak yang tidak memberikan kesempatan untuk memikirkan hal yang bermanfaat bagi agama dan dunianya. Maka carilah teman yang baik yang dapat mengingatkan kepada akhirat dan menegur dari kelalaian.

ü  Semangat Mempelajari Islam, Banyak Membaca Al-Qur'an serta
Memperbanyak Amalan Sunnah.

Rasulullah bersabda :

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

"Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah akan pahamkan
dia dalam urusan agama." (Muttafaqun 'alaih)

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِه

"Bacalah Al-qur'an ! Sungguh Al-qur'an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi
syafaat bagi pembacanya." (HR. Muslim)

Demikianlah kajian kita pada kesempatan ini.

Wallahu waliyut taufiq

Oleh : Al – Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafidzhahullah