Jumat, 17 Mei 2019

“Mendidik Jiwa Dalam Ketaatan”




            بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam surah Asy- Syams ayat 9, Allah Azza Wa Jalla berfirman :

قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا 
Artinya :

“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang
yang mengotorinya.”

Sungguh ketika seorang yang sholih/ sholihah mengambil langkah untuk
memperbaiki diri dan mensucikan jiwanya maka nampak padanya tanda-tanda
kebaikan.

Berikut ini kiat-kiat yang harus dilakukan bagi orang yang berupaya untuk menjaga
dan membersihkan jiwanya :
   
  ü     Beribadah Sebaik Mungkin.

Yang di maksudkan adalah melaksanakan ibadah sebaik mungkin. Misal ketika sholat,  maka sholat dengan khusyu' dan tenang. Jika puasa, maka melakukannya dengan
sebaik mungkin yakni menahan diri dari semua yang haram sebagaimana ia menahan
diri dari makan dan minum.  Demikian seterusnya dalam semua jenis ibadah.
Berikut ini beberapa hadits yang memberikan motivasi untuk mengerjakan ibadah
dengan sebaik mungkin :

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda :

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barang siapa menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, niscaya Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga." (HR. Muslim)



Dari Abu Umamah ia berkata Rasulullah bersabda (artinya):

"Barang siapa yang pagi hari pergi ke masjid, ia tidak menginginkan selain belajar atau mengajarkan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang berhaji yang
sempurna hajinya.” (Lihat Shohih Targhib wa Tarhib, Al-Hafidz Al- Iraqi berkata:
“Sanadnya Jayyid”).

Dari Uqbah bin Amir bahwa Rasulullah bersabda :

 مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهُ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ مُقْبِلٌ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ وَ وَجْهِهِ إِلَّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

“Tidaklah seorang muslim berwudhu dan membaguskan wudhunya kemudian melaksanakan sholat dua rakaat dengan menghadapkan hati dan wajahnya kepada Allah,
kecuali jannah wajib atasnya.” (HR. Muslim)

KETERANGAN :

Hadits-hadits ini dan yang semisal dengannya, memberikan motivasi kepada kita agar
melakukan ibadah sebaik mungkin. Lihatlah bagaimana balasan atas orang yang
berwudhu dan membaguskan wudhunya serta melakukan sholat dua rakaat dengan
ikhlas yang disebutkan pada hadits diatas.

ü  Menjaga Anggota Badan

Allah Ta'ala mencela kaum yang tidak dapat mengambil faedah dari anggota badannya. Allah Ta’ala berfirman:


وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ 


Artinya :
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
 (QS. Al-  A'raf: 179)

Seorang muslim/ muslimah hendaklah memperhatikan anggota badannya dan menjaganya, jangan sampai terjerumus dalam hal-hal yang membinasakannya.

Ibnu Abbas berkata :

“Aku pernah di belakang Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam pada suatu hari dan beliau bersabda: “Wahai anak muda peliharalah (ajaran) Allah niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi. Ia berkata:
Hadits ini shahih).

Hendaklah seseorang menjaga, mengawasi dan mewaspadai hatinya dari penyakit- penyakit yang menjangkiti. Ia juga harus mengetahui bahwa amalan shalih akan menjadi besar sesuai dengan hatinya dalam mengagungkan Allah. Sungguh seorang muslim yang shalih adalah yang hatinya selamat dari keraguan, kesyirikan, riya', kemunafikan,
sombong, ujub, dengki, hasad, dan semua penyakit. Hatinya juga dipenuhi dengan
tauhid. Demikian juga lisannya, hendaklah dia bertakwa kepada Allah dengannya. Ia
tidak menggunakan lisannya kecuali dzikir kepada Allah, amar makruf dan nahi
mungkar, atau sekedar membicarakan dunia yang memang tidak bisa tidak karena dia
sangat membutuhkannya.


Hendaklah ia selalu mengingat firman Allah Ta’ala :

وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولٗا

Artinya : 
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

Juga hadits Rasulullah :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam." (HR. Muslim)

  ü  Zuhud Terhadap Dunia

Diantara buah dari jiwa yang baik dan tenang adalah pengharapannya kepada kenikmatan abadi yang ada di sisi Allah, dan kezuhudannya terhadap perkara dunia yang semu, bukan malah dia disibukkan dengan berbagai proposal dan membuka berbagai rekening bantuan sosial dan dana dakwah serta seabrek permasalahan dunia yang berkaitan dengan dana dan dana.  Allah Ta’ala berfirman:

وَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتُهَاۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ 

Artinya :

“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal.
Maka apakah kamu tidak memahaminya?.” (QS. Al- Qashash : 60)

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah sering berdo'a :

اللهمَّ لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْشُ الْآخِرَةِ
"Ya Allah tidak ada  kehidupan selain kehidupan akhirat."

Dari Abu Hurairah ia berkata Rasulullah bersabda :

"Celakalah hamba dinar dan dirham dan kain beludru. Jika diberi ia rela dan jika tidak
diberi ia tidak rela". (HR. Bukhari)


Sahl bin Sa'ad berkata:

"Ada seseorang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: Tunjukkan
kepadaku suatu perbuatan yang bila aku melakukannya aku disukai Allah dan manusia. Beliau bersabda: "Zuhudlah dari dunia,  Allah akan mencintaimu dan zuhudlah dari apa yang dimiliki orang, niscaya mereka akan mencintaimu." (HR. Ibnu Majah dan sanadnya hasan)

ü  Mengingat Kematian

Banyak mengingat kematian dan memikirkan akhirat tidak akan terjadi pada seseorang kecuali pada orang yang hatinya hidup dan jiwanya suci dari berbagai bencana dan 
penyakit.
Allah berfirman :

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ
  Artinya :
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
 (QS. Ali 'Imron : 185)

Dari Abu Hurairah ia berkata Rasulullah bersabda :
"Perbanyaklah menyebut pelebur kenikmatan, yaitu: mati." (HR. Tirmidzi dan Nasa'i, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)


PERINGATAN :

Meskipun banyak mengingat kematian adalah perkara yang dianjurkan agar seseorang
tidak terpesona dengan dunia dan melupakan akhirat, namun hal yang harus diingat
adalah tidak boleh menginginkan kematian   karena merasa beratnya beban hidup.
Rasulullah bersabda :

لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ اَلْمَوْتَ لِضُرٍّ يَنْزِلُ بِهِ, فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا فَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ اَلْحَيَاةُ خَيْرًا لِي, وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ اَلْوَفَاةُ خَيْرًا لِي. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

"Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu menginginkan kematian karena kesusahan yang menimpanya, bila ia benar-benar menginginkannya hendaknya ia berdoa:
“Ya Allah hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik bagiku dan wafatkanlah aku jika
sekiranya kematian itu baik bagiku." (Muttafaqun ‘Alaih)

  ü     Memanfaatkan Waktu

Tidak diragukan lagi bahwa waktu adalah umur. Siapa yang menyia-nyiakannya,
sebenarnya dia telah menyia-nyiakan umurnya. Oleh karena itu Rasulullah bersabda :

 نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Dua nikmat yang banyak melalaikan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang" (HR. Bukhari)

Diantara perkara yang memalingkan seseorang dari memanfaatkan waktunya adalah :
v Panjang angan-angan. Hasan al-Bashri berkata: "Tidaklah seorang hamba memperpanjang angan-angannya kecuali buruk amalannya."
v Sibuk dengan perkara sepele atau bahkan haram. Seperti mendengar musik, menghabiskan waktu untuk baca koran dan majalah-majalah murahan serta main internet dll.
v Persahabatan rusak yang tidak memberikan kesempatan untuk memikirkan hal yang bermanfaat bagi agama dan dunianya. Maka carilah teman yang baik yang dapat mengingatkan kepada akhirat dan menegur dari kelalaian.

ü  Semangat Mempelajari Islam, Banyak Membaca Al-Qur'an serta
Memperbanyak Amalan Sunnah.

Rasulullah bersabda :

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

"Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah akan pahamkan
dia dalam urusan agama." (Muttafaqun 'alaih)

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِه

"Bacalah Al-qur'an ! Sungguh Al-qur'an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi
syafaat bagi pembacanya." (HR. Muslim)

Demikianlah kajian kita pada kesempatan ini.

Wallahu waliyut taufiq

Oleh : Al – Ustadz Junaid Ibrahim Iha Hafidzhahullah









Tidak ada komentar:

Posting Komentar